Pengelolaan Berkelanjutan Membuat Plastik Tidak Berakhir di Tempat Sampah

Pemerintah Inggris kewalahan menghadapi penumpukan sampah plastik setelah China menghentikan kebijakan impor sampah plastik | BBC/Getty Image
AKURAT.CO, Tidak bisa dipungkiri bahwa plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan modern. Sayangnya, penanganan sampah plastik pun masih rendah.
Hanya 10-15 persen sampah plastik yang didaur ulang. Sisanya menjadi masalah, dengan 60-70 persen sampah plastik ditimbun di TPA dan 15-30 persen mencemari lingkungan perairan karena tidak tertangani.
Hal ini terungkap dalam diskusi publik bertajuk 'Potensi Ekonomi dari Pengelolaan Sampah Plastik' yang dilaksanakan Komunitas Plastik untuk Kebaikan (KPUK) di Gedung Nyi Ageng Serang, Jl. H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).
baca juga:
Pakar Polyethylene Therepthalate (PET) dari ITB , Ir. Ahmad Zainal Abidin mengatakan pengelolaan sampah dengan bantuan teknologi bisa menjadi solusi dalam mengurangi sampah plastik.
Plastik kemasan misalnya, bisa dimaksimalkan penggunaannya melalui proses daur ulang, penggunaan kembali ataupun produksi ulang sehingga menciptakan rantai ekonomi baru.
"Cara tersebut juga akan meminimalisir beban lingkungan ke alam seperti tempat pembuangan akhir atau bahkan lautan," ujarnya dalam diskusi.
Memproduksi plastik juga menurutnya lebih hemat energi dibanding produksi paperbag atau alternatif kemasan berbahan dasar lainnya. Zainal menuturkan salah satu pendekatan yang harus dikembangkan adalah pengelolaan berkelanjutan melalui pendekatan ekonomi melingkar.
"Pengelolaan berkelanjutan ini membuat siklus pakai plastik tidak lagi berakhir di tempat pembuangan sampah, dan dapat kembali dimanfaatkan baik dalam bentuk bahan daur ulang, listrik, bahan bakar, dan naphtha," sebut dia.
"Pada intinya adalah bagaimana mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas pakai tidak sebagai sampah, tapi sebagai sebuah komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan," tambah Zainal.
Plastik hasil daur ulang, ungkap dia, bahkan lebih hemat energi dan rendah emisi gas rumah kaca. Selain fakta bahwa tidak semua jenis plastik sama, Zainal juga menyatakan tidak semua jenis plastik aman dan dapat didaur ulang kembali.
Hal senada disampaikan ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), Pris Poly Lengkong yang menolak pelarangan plastik oleh pemerintah. Ia mengingatkan agar pemerintah dan masyarakat tidak membayangkan plastik sebagai sampah.
"Anggota saya berjumlah 3,7 juta dari 25 provinsi. Bayangkan betapa banyak orang sudah tertolong kesejahteraannya dari sampah plastik ini," tukasnya.
Poly menegaskan kebijakan melarang plastik justru bisa menghilangkan potensi ekonomi yang sangat besar, yaitu membunuh industri botol, membunuh industri daur ulang, menghilangkan lapangan kerja jutaan orang dan tidak membuat lingkungan semakin baik.
"Pemerintah juga harus memikirkan dampak ekonomi dari pengelolaan sampah plastik ini," tandasnya.