Sosiolog Ungkap Faktor Sulitnya Penanganan Konten Asusila di Dunia Maya

Sarasehan Nasional Penanganan Konten Asusila Di Dunia Maya, Senin (12/8/2019), di Jakarta. | AKURAT.CO/Tria Sutrisna
AKURAT.CO, Penanganan konten asusila di dunia maya dinilai cukup sulit karena masih 'abu-abu', tidak seluruhnya terbukti bersalah dan memenuhi unsur-unsur pornografi. Menurut Sosiolog Daisy Indira, terdapat beberapa catatan yang menyebabkan sulitnya penanganan konten tersebut.
Pertama ialah tidak adanya batasan yang jelas, yakni belum ada panduan etika berinteraksi. Kedua adalah masih rendahnya literasi digital masysrakat di Indonesia, yang pada akhirnya menyebabkan kurangnya tanggung jawab dari warganet.
Hal lainnya adalah terjadinya praktik komodifikasi terhadap konten asusila maupun pornografi. Daisy menyebut terdapat jaringan raksasa dalam distribusi konten di Twitter, di samping jaringan yang berukuran sedang dan kecil.
baca juga:
"Terdapat tiga aktor (yang berperan), yakni publisher, retweeter, dan konsumer," ujarnya dalam Sarasehan Nasional Penanganan Konten Asusila di Dunia Maya, Senin (12/8/2019), di Jakarta.
Terkait dengan kasus Kimi Hime yang dianggap melanggar asusila beberapa waktu lalu. Daisy menyebut cukup sulit untuk mengatakan bahwa konten YouTube tersebut termasuk dalam konten pornografi.
Pasalnya, YouTuber yang bersangkutan mampu membuat konten yang tidak melewati batas aturan di ruang digital. Meskipun sejumlah pihak telah menilainya melanggar kesusilaan dan pornografi.
Daisy pun mengatakan adanya kemungkinan anak-anak yang terpapar atau menonton konten tersebut. Sehingga klaimnya soal jumlah statistik penonton mayoritas adalah orang dewasa tidak bisa sepenuhnya dibenarkan.
Hal ini tidak terlepas dari tingginya tingkat anonimitas di dunia maya. Mengingat siapapun bisa membuat akun palsu dan memanipulasi identitasnya ketika menggunakan platform digital.[]