Tak Hanya Diretas, Dokumen Vaksin Covid-19 di Eropa juga Dimanipulasi
Lawan Covid-19

Merajalelanya hoaks di media sosial dan aplikasi perpesanan menyebabkan sejumlah kalangan enggan disuntik vaksin COVID-19 | Press Association via BBC
AKURAT.CO, Regulator obat Uni Eropa mengatakan bahwa dokumen vaksin Covid-19 yang dicuri dari servernya oleh peretas tidak hanya bocor ke web, tetapi juga "dimanipulasi".
European Medicines Agency (EMA) mengatakan bahwa penyelidikan yang sedang berlangsung menunjukkan peretas memperoleh email dan dokumen dari November terkait dengan evaluasi vaksin virus Corona eksperimental.
Badan tersebut, yang mengatur obat-obatan di 27 negara anggota UE, memiliki banyak data rahasia Covid-19 sebagai bagian dari proses persetujuan vaksinnya.
baca juga:
"Beberapa korespondensi telah dimanipulasi oleh para pelaku sebelum dipublikasikan dengan cara yang dapat merusak kepercayaan pada vaksin," kata badan yang berbasis di Belanda itu, dilansir dari AP, Sabtu (16/1/2021).
“Kami telah melihat bahwa beberapa korespondensi telah diterbitkan tidak dalam integritas dan bentuk aslinya dan dengan komentar atau penambahan oleh para pelakunya," lanjut EMA.
EMA tidak menjelaskan dengan rinci informasi apa yang diubah. Namun menurut pakar keamanan siber, praktik semacam itu adalah tipikal kampanye disinformasi yang diluncurkan oleh pemerintah.
Perusahaan keamanan siber Italia Yarix mengatakan niat di balik kebocoran oleh penjahat dunia maya itu pasti menyebabkan kerusakan signifikan pada reputasi dan kredibilitas EMA dan Pfizer. Bahkan konsultan keamanan siber Lukasz Olejnik meyakini niat para peretas jauh lebih luas.
“Saya khawatir rilis ini memiliki potensi signifikan untuk menyebarkan ketidakpercayaan pada proses EMA, vaksin, dan vaksinasi di Eropa secara umum,” katanya.
"Meskipun tidak jelas siapa yang mungkin berada di balik operasi ini, terbukti bahwa seseorang telah menentukan alokasi sumber daya untuk itu," tambah Olejnik.
Saat ini kata EMA, otoritas penegak hukum tengah mengambil "tindakan yang diperlukan" sebagai tanggapan atas peretasan tersebut dan penyelidikan kriminal sedang berlangsung.
Dikatakan bahwa mengingat jumlah korban yang diakibatkan dari pandemi, ada "kebutuhan kesehatan masyarakat yang mendesak untuk menyediakan vaksin bagi warga negara Uni Eropa secepat mungkin."
EMA bersikeras bahwa terlepas dari urgensi tersebut, keputusannya untuk merekomendasikan lampu hijau vaksin didasarkan "pada kekuatan bukti ilmiah tentang keamanan, kualitas, dan kemanjuran vaksin. Tidak ada yang lain."
EMA, yang berbasis di Amsterdam itu sebelumnya juga mendapat kecaman keras dari Jerman dan negara-negara anggota UE lainnya pada bulan Desember karena tidak menyetujui segera vaksin.
Pasalnya, badan tersebut mengeluarkan rekomendasi pertamanya untuk vaksin Pfizer dan BioNTech beberapa pekan setelah suntikan tersebut mendapat persetujuan di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan tempat lain.
EMA merekomendasikan vaksin kedua, yang dibuat oleh Moderna, untuk digunakan awal bulan ini. Suntikan ketiga yang dibuat oleh AstraZeneca dan Oxford saat ini sedang dipertimbangkan oleh agensi.