Kejahatan Siber Pada Pelakasanaan Pendidikan Daring

Siswa sekolah dasar didampingi orang tua melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan sistem daring pada hari pertama tahun ajaran baru 2020-2021 di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (13/7/2020). Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pendidikan menginstruksikan sekolah untuk melakukan sistem PJJ di awal tahun ajaran baru hingga September mendatang sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah. | ANTARA FOTO/Feny Selly
AKURAT.CO, Perusahaan keamanan siber Kaspersky memprediksi keamanan siber di sektor pendidikan, mengingat banyak peranti pendidikan digital baru untuk meningkatkan pengalaman namun dapat menghadirkan potensi ancaman baru.
Kaspersky dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/12/2020) menyatakan bahwa melihat pengembangan Sistem Managemen Pembelajaran atau LMS (Learning Management System) Pendidikan, yang memungkinkan pengajar untuk melacak proses pembelajaran siswa, akan terus berkembang meskipun sudah ada beberapa sistem terkenal, seperti Google Classroom.
Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah dan popularitas LMS, Kaspersky mengatakan jumlah situs phishing atau kejahatan siber yang terkait dengan layanan pendidikan dan konferensi video juga akan bertambah.
baca juga:
Tujuan utama aktor kejahatan siber adalah mencuri data pribadi atau menyebarkan spam di komunitas pendidikan.
Pada pertengahan 2020, Kaspersky mencatat sebanyak 168.550 pengguna unik menghadapi berbagai ancaman yang didistribusikan dengan kedok platform pembelajaran online/aplikasi konferensi video populer. Angka ini meningkat 20,455 persen jika dibandingkan dengan 2019.
Selain itu, Kaspersky menyebut sistem LMS juga membuka potensi untuk hal baru tidak terduga lainnya, seperti ancaman Zoombombing. Apalagi jika sekolah terus melakukan pembelajaran jarak jauh, sistem ini akan terus menjadi vektor serangan yang populer.
Tidak hanya platform LMS yang terus berkembang, Kaspersky juga melihat akan lebih banyak kreasi konten video pendidikan sebagai produk jadi dan digunakan sebagian oleh guru di kelas, seperti Youtube, Netflix, SchoolTube dan KhanAcademy.
Kasperksy mencatat sekitar 60 persen guru sudah menggunakan YouTube di kelas. Meskipun video dapat menjadi alat pendidikan yang ampuh, ada juga banyak konten yang tidak sesuai usia yang dapat ditemukan di layanan video populer.
Mereka menekankan bahwa ini bukan ancaman baru, tetapi dengan pertumbuhan digitalisasi, relevansinya dapat semakin berkembang.