Paksa Puluhan Wanita Rekam Video Syur, Operator 'Chat Room' Dipenjara 40 Tahun

Ilustrasi Pornografi | THEDAILYBEAST
AKURAT.CO Seorang operator chat room (ruang obrolan online) di Korea Selatan, dijatuhi hukuman 40 tahun penjara dengan tuduhan memeras puluhan wanita, termasuk anak di bawah umur, untuk merekam video seksual eksplisit dan menjualnya kepada orang lain.
"Pengadilan Distrik Pusat Seoul menghukum Cho Ju-bin, 24 tahun, karena melanggar undang-undang tentang perlindungan anak di bawah umur dan mengatur lingkaran kriminal," kata juru bicara pengadilan Kim Yong Chan, seperti dilansir dari AP, Sabtu (28/11/2020).
"Pengadilan memutuskan Cho menggunakan berbagai metode untuk memikat dan memeras sejumlah besar korban agar membuat konten pelecehan seksual dan mendistribusikannya ke banyak orang untuk waktu yang lama. Dia secara khusus mengungkapkan identitas banyak korban dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki kepada mereka," lanjut Kim.
baca juga:
Cho mengaku bahwa dia hanya menipu korban untuk membuat video seperti itu, tetapi tidak memeras atau memaksa mereka, mendorong beberapa korban untuk bersaksi di pengadilan.
Kim mengatakan pengadilan memutuskan untuk mengisolasi Cho dari masyarakat untuk waktu yang lama dengan pertimbangan sikap dan keseriusan kejahatannya.
Baik Cho maupun jaksa penuntut, yang meminta hukuman seumur hidup, memiliki waktu satu pekan untuk mengajukan banding.
Jaksa secara resmi menangkap atau mendakwa Cho dan tujuh kaki tangannya pada bulan Juni karena diduga memproduksi video pelecehan seksual dari 74 korban, 16 di antaranya anak di bawah umur, dan mendistribusikannya di aplikasi perpesanan Telegram, di mana pengguna membayar dalam cryptocurrency untuk menonton mereka pada 2019-2020.
Pernyataan jaksa penuntut menyebut kelompok Cho sebagai "lingkaran kriminal" yang terdiri dari 38 anggota. Pada Kamis, (26/11/2020), pengadilan Seoul menghukum lima kaki tangan Cho, salah satunya berusia 16 tahun, hingga 15 tahun penjara.
Kasus Cho telah memicu kegemparan publik yang intens di Korea Selatan atas budaya yang menurut beberapa ahli terlalu lunak tentang kekerasan seksual dan terus menerus mengecewakan para korban.
Presiden Moon Jae-in sebelumnya menyerukan penyelidikan menyeluruh dan hukuman keras bagi mereka yang mengoperasikan ruang obrolan tersebut dan penggunanya.