Rahmah

Ilmu Tajwid: Hukum Bacaan Idgham Mutamasilain

Ilmu Tajwid: Hukum Bacaan Idgham Mutamasilain
ilustrasi belajar ilmu tajwid hukum bacaan idgham mutamasilain (https://www.freepik.com/rawpixel-com)

AKURAT.CO Sebagai seorang muslim membaca Al-Quran merupakan kebutuhan rohani yang harus terpenuhi agar hati selalu tenang. Membaca Al-Quran bukan hanya sekedar membaca saja, namun harus diperhatikan juga bagaimana bacaan tersebut sudah benar atau belum. Karena, membaca Al-Quran dengan baik dan benar merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim.

Untuk membaca dengan benar dan baik, perlu untuk mempelajari ilmu tajwid. Tajwid adalah mengeluarkan huruf dari tempat seharusnya dikeluarkan dengan memberikan hak-hak dan sifat-sifat huruf tersebut. Jadi ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Muzammil bahwa membaca Al-Quran harus dengan hati-hati dan Surah ini menjadi dalil mempelajari ilmu tajwid:

baca juga:

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

Au zid 'alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlā

Artinya: “atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” ( QS Al-Muzammil: 4).

Tajwid memiliki banyak macam hukum, seperti hukum bacaan idgham mutamasilain. Secara bahasa, idgham berarti memasukkan ke sesuatu yang lain, sedangkan mutamasilain berarti dua huruf yang sama. Idgham mutamasilain adalah memasukan atau meleburkan dua huruf yang sama pada makhraj dan sifatnya, hal ini dilakukan apabila terdapat dua huruf yang sama bertemu, huruf pertama disuku atau huruf mati dan huruf kedua adalah huruf berharakat atau huruf hidup. Cara membacanya adalah dengan meleburkan atau memasukan huruf pertama ke dalam huruf kedua sehingga menjadi satu huruf yang bertasjid.

Namun, apabila kedua huruf yang bertemu memiliki sifat ghunnah atau mendengunng, seperti mim bertemu mim dan nun bertemu nu, maka membacanya wajib dengan ghunnah atau mendengung sepanjang dua harakat. Sedangkan apabila kedua huruf yang bertemu memiliki sifat qalqalah, seperti huruf qaf bertemu qaf, dal dengan dal, maka membacanya tidak boleh dipantulkan.

Ini Contoh Membaca Idgham Mutamasilain Sesuai Hukum Tajwid

وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Wa idzistasqaa mụsaa liqaumihii fa qulnaḍrib bi'ashaakal-ḥajar, fanfajarat min-hutsnataa 'asyrata 'ainaa, qad 'alima kullu unaasim masyrabahum, kulụ wasyrabụ mir rizqillaahi wa laa ta'ṡau fil-arḍi mufsidiin

Artinya: “(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS Al-Baqarah: 60)

Pada ayat di atas terdapat huruf ba’ sukun atau ba mati bertemu dengan ba’ berharakat kasrah atau ba’ hidup cara membacanya dengan memasukan ba’ sukun kepada ba’ hidup tanpa mendengun, sehingga seperti huruf yang ditasyid. Bunyinya menjadi qulnaḍribbi'ashaakal.

وَاِذَا جَاۤءُوْكُمْ قَالُوْٓا اٰمَنَّا وَقَدْ دَّخَلُوْا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ خَرَجُوْا بِهٖ ۗوَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا يَكْتُمُوْنَ

Wa idzaa jaa uụkum qaluu aamannaa wa qad dakhaluu bil-kufri wahum qad kharajụ bih, wallaahu a'lamu bimaa kaanụ yaktumụn.

Artinya: “Apabila (Ahlulkitab yang munafik) datang kepadamu, mereka berkata, “Kami telah beriman,” padahal mereka datang dengan kekufuran dan mereka pergi (juga) dengannya (kekufuran). Allah lebih mengetahui apa yang selalu mereka sembunyikan.” ( QS Al-Maidah: 61)

Pada ayat di atas terdapat huruf dal sukun atau dal mati bertemu dengan dal berharakat fathah atau dal hidup cara membacanya dengan memasukan dal sukun kepada dal hidup tanpa mendengun dan tanpa dipantulkan, sehingga seperti huruf yang ditasyid. Bunyinya menjadi qaddakhaluu.

يَغْفِرْ لَكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۗ اِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ اِذَا جَاۤءَ لَا يُؤَخَّرُۘ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ 

Yaghfir lakum min zunuubikum wa yu'akhkhirkum ilaaa ajalim musammaa; innaa ajalal laahi izaa jaaa'a laa yu'akhkhar; law kuntum ta'lamuun

Artinya: “Niscaya Dia akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkanmu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah itu, apabila telah datang, tidak dapat ditunda. Seandainya kamu mengetahui(-nya).” (QS Nuh: 4)

Pada ayat di atas terdapat mim mati bertemu huruf mim. Cara membacanya adalah dengan cara meleburkan atau memasukan huruf mim mati ke dalam huruh mim berharakat kasrah disertai dengung. Bunyinya menjadi lakummmmin.

 Pengecualian Idgham Mutamasilain

Namun terdapat pengecualiaan hukum bacaaan idgham mutamasilain ini. Idgham mutamasilain tidak akan terjadi apabila ada huruf wawu mati bertemu dengan wawu berharkat dan sebelum wawu mati terdapat huruf berharkat dhammah. Dan, pada huruf ya mati bertemu ya berharakat dan sebelun ya mati terdapat huruf berharakat kasrah. Kedua pengecualin tersebut harus dibaca dengan hukum bacaan mad thabi’I atau dibaca panjang dua harakat, tidak diperbolehkan dibaca idgham mutamasilain. Contohnya:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ

Innal ladziina aamanuu wa 'amilus shaalihaati kaanat lahum Jannaatul Firdawsi nuzulaa

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal.” (QS Al-Kahfi: 107)

Pada ayat di atas terdapat huruf wawu sukun atau mati bertemu dengan huruf wawu hidup atau berharakat fathah dann huruf sebelum wawu sukun berharakat dhammah. Cara membacanya tidak dibaca dengan hukum bacaan idgham mutamasilain, tetapi  menggunakan hukum bacaan mad thabi’i, yaitu memanjangkan sepanjang dua harakat, menjadi aamanuu wa. []