
AKURAT.CO Banyak dari orang di sekitar kita yang sangat mengejar impiannya, bahkan sampai memangkas waktu pribadinya untuk keluarga atau dirinya sendiri untuk didedikasikan kepada pekerjaan. Untuk sebagian orang hal ini bagus, namun sebenarnya untuk apa kesuksesan kita nanti? Apakah kita ingat awal saat memulai pekerjaan tujuan murni untuk membahagiakan orang tua dan keluarga tercinta? Hustle culture adalah budaya kerja keras mendorong diri sendiri dan memaksa kemampuan yang ada didalam diri ke batas maksimal, untuk mendapatkan kekayaan, kesuksesan, kemakmuran dengan waktu secepat mungkin.Terkesan kapitalis
Budaya ini sekarang menjalar menjadi sesuatu yang seakan positif, tak jarang para pemuda membagikan momen bekerja dengan waktu yang berlebihan dan mengglorifikasi kegiatan ini. Lalu bagaimana sebenarnya budaya Hustle culture ini.
Mengutip dari berbagai sumber pada (2/2/2023) inilah pembahasan tentang Hustle culture:
baca juga:
1. Pengertian
Oxford Learner's Dictionary, mengartikan Hustle Culture sebagai mendorong seseorang agar dapat bergerak lebih cepat secara agresif. Sederhananya Hustle Culture berarti sebuah budaya yang membuat orang bergerak lebih cepat atau agresif dalam hal kerja.
Budaya yang lahir sekitar 1970 ini didefinisikan sebagai budaya yang mendorong karyawan atau pekerja untuk bekerja lebih dari waktu normal. Bahkan mereka memikirkan pekerjaan ketika berada di waktu luang, seperti akhir pekan misalnya. Budaya ini menuntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai target dengan ritme yang lebih cepat.
Untuk orang yang sudah melakukan budaya ini, mereka hampir tidak pernah beristirahat dan parahnya ketika memiliki waktu istirahat maka yang dipikirkan hanya pekerjaan. Budaya ini semakin menggila setelah era internet, dengan dipermudah sistem administrasi digital seperti adanya email.
2. Dampak Hustle Culture
- Hilangnya Work Life Balance
Apa itu budaya Work Life Balance? Kondisi ini adalah seimbangnya antara karier dan kehidupan pribadi, kegiatan seperti bertemu keluarga, bersantai di waktu libur seimbang dengan pekerjaan adalah budaya Work Life Balance.
- Gangguan kesejahteraan mental
Resiko gangguan terhadap kesehatan mental tentu saja tidak bisa dihindarkan dari budaya Hustle Culture, kecemasan, gejala depresi, hingga ketika gagal memiliki keinginan untuk bunuh diri adalah sebagian dampak dari budaya ini. Burnout adalah efek negatif dari Hustle Culture. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan burnout adalah sebagai sindrom yang disebabkan karena stres berkepanjangan.
Pesimis dengan hasil yang sudah dikerjakan, membuat pekerja kurang termotivasi dan tak mampu memenuhi kompetisi adalah efek dari Burnout Syndrome.
- Resiko penyakit
Jam kerja yang terlampau panjang menjadikan tekanan darah dan detak jantung meningkat, karena aktivasi psikologis yang berlebih dan stres. Penelitian yang dilakukan Current Cardiology Reports menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 50 jam per minggu memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.
3. Cara menghindar dari budaya ini
- Tahu batasan
Tahu batasan diri dan membuat batasan yang jelas adalah cara agar tidak terbawa budaya ini. Berani menolak dan ingat bahwa diri memiliki batas untuk diistirahatkan adalah cara agar terhindar dari budaya ini.
- Tidak membandingkan diri
Dampak buruk media sosial hari ini adalah ambisius untuk terlihat sukses dan mapan dalam pekerjaan. Mereka lupa bahwa bentuk kesuksesan sangat luas bukan selalu tentang uang banyak dan barang mewah. Berhentilah membanding-bandingkan hartamu dengan orang lain karena jalan seseorang berbeda-beda.
- Cari hobi di luar pekerjaan
Carilah kegiatan mengasyikkan di luar pekerjaan seperti: badminton, renang, catur, lari dan lain-lain. Menjalani hobi dengan senang agar hidupmu seimbang dikenal dengan work life balance.
Inilah pembahasan tentang Hustle Culture mulai dari pengertian, dampak, resiko, dan cara menghindarinya.