
AKURAT.CO Puasa merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW. Ibadah puasa menjadi kewajiban yang harus dikerjakan selama bulan Ramadan pada setiap tahunnya. Ibadah puasa merupakan syariat yang telah lama diturunkan sebelum umat Nabi Muhammad SAW. Karena keutamaan juga manfaat dari ibadah puasa tergolong banyak bagi umat manusia, maka ibadah puasa juga disyariatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, umat terakhir.
Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan secara rinci tentang hakikat puasa. Imam Al-Ghazali menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut:
أن الصوم كف وترك وهو في نفسه سر ليس فيه عمل يشاهد وجميع أعمال الطاعات بمشهد من الخلق ومرأى والصوم لا يراه إلا الله عز و جل فإنه عمل في الباطن بالصبر المجرد
baca juga:
Artinya: “Puasa itu menahan diri dan meninggalkan (larangan puasa). Puasa pada hakikatnya sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah SWT. Puasa adalah amal batin, murni kesabaran,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).
Dari pemaparan Imam Al-Ghazali bahwa hakikat dari puasa adalah sebuah kerahasiaan. Dapat dipahami betapa unik dan istimewanya ibadah puasa. Ketika kebanyakan ibadah yang lain diperintahkan untuk melakukan sesuatu, namun ibadah puasa malah diperintah untuk menahan dan meninggalkan sesuatu. Karena sifat ibadah puasa itu Takhalli “diperintah untuk meninggalkan sesuatu” maka amal dari ibadah puasa tidak dapat disaksikan dan dilihat oleh makhluk lain, hanya Allah SWT yang menyaksikan dan melihat amal orang berpuasa.
Puasa itu mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan, karena “Puasa itu setengah dari kesabaran,” (HR. At-Tirmidzi). Sedangkan “kesabaran mengambil setengah bagian dari keimanan,” (HR. Abu Nu’aim dan Al-Khatib). Berdasarkan hadis tersebut, Imam Al-Ghazali juga menyatakan bahwa puasa adalah amal batin.
Keutamaan dan inti dari ibadah puasa itu terdapat pada kesabaran dengan pahala yang tidak terbayangkan. Kesabaran yang kokoh untuk dapat menahan diri dan meninggalkan dari apapun yang dapat membatalkan puasa baik dari segi jasmani maupun rohani, maka nantinya akan tergantikan dengan balasan dari Allah SWT yang tidak pernah kita bayangkan. Hal ini jelas dalam sebuah hadis qudsi yang selalu mengatakan, “Ibadah puasa itu dipersembahkan untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”
Rasulullah bersabda: “Demi Allah yang jiwaku di dalam tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau kesturi”. Allah SWT berfirman, “sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan hawa nafsu, makanan dan minuman karena-Ku. Maka puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya.” (Dirawikan Al Bukhari dan Muslim sebagian dari hadis yang lalu).
Pahala dari Allah SWT atas kesabaran melakukan ibadah puasa juga Jelas disebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 10:
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْ ۗلِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗوَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌ ۗاِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.” (QS.Az-Zumar:10).
Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang menjadi lahan subur setan. Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu setan menyempit dan terbatas. Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena syahwat-syahwat itu merupakan jalan masuk setan, "musuh” Allah. Sedangkan syahwat pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum. Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa.
Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.
قال صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ فَضَيِّقُوْا مَجَارِيَهُ بِالجُوْعِ
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu dengan rasa lapar,’ (HR. Muttafaq alaihi),” (Al-Ghazali, 2018 M: I/293).
Ketika puasa dapat membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang berpuasa itu jauh dari perkara yang dibenci dan dimurkai oleh Allah. Ia akan senantiasa berada pada jalan yang diridhoi, dengan demikian orang yang berpuasa itu layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga baik kuantitas maupun kualitasnya. Wallahualam.[]