Minum Antibiotik Tak Selalu Dihabiskan

dr. Hari Paraton, Sp.OG (K), | AKURAT. CO/ Winnie Fatmawati
AKURAT.CO, Saat membeli obat antibiotik, dokter atau apoteker selalu berpesan untuk menghabiskannya.
Tapi perlu kamu ketahui, dr. Hari Paraton, Sp.OG (K) dari Komite Pengendalian Antimikroba, mengatakan bahwa minum antibiotik tak selalu harus dihabiskan.
"Kalau kasus TBC yang harus enam bulan, kalau resistensi obat bisa sembilan bulan bahkan lebih. Iya benar, tidak boleh terputus minum antibiotiknya. Tapi itu tidak berlaku untuk semua," katanya kepada AkuratHealth, di RSUI, Depok, Kamis, (21/11).
baca juga:
Kalau kasus pemberian antibiotik pada anak yang sakit panas sudah tiga hari dan keluar bintik merah lalu didiagnosa campak, maka antibiotiknya harus dihentikan.
Karena campak, gondongan hingga cacar air disebabkan oleh virus sehingga tidak diperbolehkan minum antibiotik.
Jika minum antibiotik diteruskan, ini akan membahayakan tubuh karena antibiotik dapat mematikan bakteri baik.
"Jadi kalau pernyataan minum antibiotik tidak boleh tidak dihabiskan, itu harus disikapi secara bijak. Untuk infeksi bakteri spesifik, antibiotik harus habis, gak boleh berhenti tengah jalan," jelasnya.
"Dokter harus belajar lagi, liat lagi teorinya, sehingga dalam diagnosis benar-benar bisa memilih butuh antibiotik atau tidak dan yang mana jenisnya yang paling tepat. Pasien juga jangan menyembuhkan sendiri, sebelumnya sakit tenggorokan di kasih obat A, besok beli sendiri," tutupnya.
Pemberian antibiotik seharusnya didahului pemeriksaan laboratorium untuk memaksimalkan manfaatnya. Sayang, tahap ini kerap dilewati sehingga pasien rentan mengalami overuse pemberian antibiotik.
Penggunaan antibiotik berlebihan dalam waktu lama berisiko mengakibatkan resistensi yang menurunkan peluang kesembuhan penyakit.[]