Tenaga Kesehatan Bisa Jadi Agen Vaksinasi dan Melawan Hoax
Lawan Covid-19

Presiden Jokowi divaksinasi | Dok. Kemenparekraf
AKURAT.CO, Pandemi Corona sudah mengurung dunia hampir setahun penuh. Di belahan bumi lain, banyak negara sudah bernafas lega, setelah berjibaku sangat serius, meski korban melayang tak sedikit.
Kini, Indonesia masih terus mengurut dada; angka keterjangkitan malah semakin tinggi. Yang paling mencolok adalah angka pada saat vaksin sudah tiba, dan Presiden Jokowi menjadi orang Indonesia pertama yang divaksin. Masyarakat menjadi lengah dan makin lalai, karena harapan vaksin sudah bisa membantu.
Disisi lain, hoax pun bertebaran cepat, diburu klarifikasi yang selalu datang dari pemerintah untuk melawannya.
baca juga:
Ada apa ini? Mengapa terjadi demikian?
Akurat.co mewawancarai dr. Pandu Riono, MPH,Ph.D, pakar epidemiologi dan penyakit menular dari Universitas Indonesia, secara ekslusif.
Menurutnya, sikap pemerintah soal vaksin, sejak awal sangat simpang siur. Kesingpangsiuran itu datang dari boleh atau tidaknya, perdebatan kehalalan, waktu vaksinasi, merek dan yang lainnya yang berubah-ubah.
“Pemerintah memang nggak strategis dalam melakukan komunikasi publik. Itu yang membingungkan masyarakat. Apalagi, menggunakan orang-orang yang nggak ngerti vaksin,” katanya.
Selebriti dan influencer menurutnya bukanlah orang yang tepat. Tenaga kesehatan harus dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat soal vaksin ini. Itu termasuk para mahasiswa fakultas kedokteran dan keperawatan, sebenarnya bisa diajak ikut serta sebagai agen.
“Dari ujung Aceh sampai Papua kan sudah ada sekolahnya. Tinggal dimobilisasi, diajak, didanai. Dan mereka bisa pakai bahasa lokal. Lebih mengena,” sambung lulusan MPH dari University of Pittsbrug, USA ini.