Mengenal Terapi Plasma Konvalesen, Bentuk Pengobatan Alternatif Untuk Pasien Covid-19

Plasma sembuh dari pasien COVID-19 yang pulih terlihat di pusat donor darah di Seattle, Washington, AS, pada 17 April 2020 | Reuters
AKURAT.CO Pandemi covid-19 yang terjadi dan memakan banyak korban, membuat para ahli kesehatan terus mencari cara pengobatan yang tepat dalam mengatasi dampak yang diderita pasien covid-19 yang disebabkan oleh infeksi virus ini.
Belakangan, terapi plasma konvalesen atau donor plasma darah untuk pasien covid-19 tengah menjadi perbincangan banyak orang. Pasalnya donor plasma darah ini dianggap mampu untuk membantu pemulihan pada para pasien positif covid-19. Sebagai salah satu terapi alternatif untuk mengobati pasien positif covid-19, cara kerjanya yakni dengan plasma darah yang telah diambil dari pasien covid-19 yang telah sembuh. Lalu, diproses agar dapat diberikan kepada pasien yang sedang dalam masa pemulihan setelah terinfeksi.
Walaupun demikian, terapi plasma konvalesen ini bukan merupakan hal baru dalam dunia kesehatan terutama untuk mengobati pasien positif Covid-19. Terapi ini sudah dilakukan sejak satu abad yang lalu dalam mengobati berbagai penyakit salah satunya difteri.
baca juga:
Mengutip dari laman Satuan Tugas Penanganan Covid-19, dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), M.Sc., Ph.D, Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan mengatakan terapi plasma konvalesen ini adalah terapi yang sudah dilakukan cukup lama yakni sejak tahun 1900- an. Di mana penyakit-penyakit seperti difteri, SARS, MERS, hingga flu burung sudah menggunakan terapi untuk pengobatannya.
Sementara, dalam pengobatan pasien positif Covid-19 masih terbatas pada uji klinis yang juga dilakukan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Dokter Erlina menuturkan bahwa banyak negara yang telah menggunakan terapi plasma konvalesen dengan hasil yang lumayan bagus dan juga cukup efektif.
Namun dalam hal keberhasilan yang dilakukan oleh banyak negara tersebut masih terbatas pada jumlah pasien yang sedikit. Hingga saat ini negara Amerika Serikat sendiri yang tengah melakukan pengujian terapi plasma konvalesen kepada pasien dalam jumlah yang banyak, tetapi masih belum merilis publikasi secara resmi terkait hal tersebut.
Dokter Erlina menegaskan pihaknya juga masih belum dapat mengambil kesimpulan yang tegas bahwa terapi plasma konvalesen ini bisa digunakan sebagai pengobatan yang rutin kepada pasien positif Covid-19.
Tak hanya itu, Direktur Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan bahwa terapi plasma konvalesen ini tidak boleh untuk pencegahan. Namun terapi ini diberikan pada pasien yang kondisinya menengah hingga berat. Oleh karena itu, plasma konvalesen ini sebagai imunisasi pasif. Artinya antibodi sudah ada di luar dan sudah terbentuk, kemudian diberikan kepada pasien.
“Jadi dia tidak menggantikan vaksin, karena yang disebut imunisasi aktif yakni vaksinasi atau menggunakan vaksin. Sementara ini bisa jalan terus, ada atau tidak ada vaksin, terapi ini masih bisa terus dijalankan” ungkapnya.