Sunyi di Kertha Gosa, Wajah Bali Kuno yang Sepi Turis
Kembali ke Bali

Spot wisata Taman Kertha Gosa di Klungkung, Bali | AKURAT.CO/Bonifasius Sedu Beribe
AKURAT.CO, Terik matahari siang menghujam bubungan Klungkung, kota di timur Pulau Bali yang sejauh 40 kilometer dari Denpasar itu. Kota ini menyimpan begitu banyak peninggalan masa lalu terutama jejak Kerajaan Klungkung yang begitu kental mewakili masyarakat Bali dalam berurusan dengan penjajah.
Tanda-tanda masyarakat Bali bertempur melawan penjajah ada di sebelah kiri jalan, yang berdiri tegak Monumen Puputan Klungkung, berapitan dengan Kantor Bupati Klungkung.
Pada bahu kanan jalan, berhadapan dengan monumen penanda jantung kota, berdiri dengan anggun objek wisata Taman Kertha Gosa. Ketika Akurat.co mengunjunginya dalam rangka Famtrip #TerbangAman dengan Garuda Indonesia bersama Kemenparekraf 2020, yang digelar pada 13 - 15 November 2020, Kertha Gosa sangat lengang.
baca juga:
Di kanan pintu masuk, ada wastafel untuk mencuci tangan, disediakan lengkap dengan sabun dan tisu.
“Kalau hari biasa, turis sangat ramai disini. Kalau ke Klungkung, disini spot yang baik untuk belajar budaya dan sejarah. Tapi bisa dilihat sendiri keadaannya sekarang,” kata Bli Wira, menggambarkan keadaan Kertha Gosa yang tak jauh berbeda dari spot populer lainnya di bali yang memang begitu sunyi.

Wajah Bali di Kertha Gosa memang berbeda.
Kamu tak perlu membayangkan lalu-lalang turis dengan kamera yang melahap seluruh bangunan, dan parade foto-foto ciamik yang diambil dari bangunan yang dibangun pada tahun 1686 oleh Ida I Dewa Agung Jambe ini.
Tak ada satupun turis siang itu. Satu sajapun, tidak ada. Pandemi Corona merenggut semuanya.
Padahal, wajah Kertha Gosa sudah dibawa keliling dunia oleh jutaan turis yang ingin melihat wajah lampau Bali. Kali ini, denyut itu hilang.
Beruntungnya, meski tak ada pengunjung di objek wisata dengan harga karcis masuk sebesar Rp25 ribu per orang ini, kawasan ini tetap begitu bersih dan tertata.
Tanaman, rumput, dan bunga diantara bangunan ini tetap segar, hijau. Tak ada sampah berserak atau sisa guguran daun yang mengganggu taman. Petugas kebersihan dan beberapa petugas Satpol PP tetap siaga disana.

Di kiri gerbang masuk Medal Agung, berdiri Bale Kertha Gosa yang dulunya menjadi bale pengadilan, tempat raja berdiskusi dengan para patihnya untuk memutuskan sanksi atas kesalahan yang dilakukan masyarakatnya. Tempat ini juga menjadi ruangan berdiskusi mengenai segala hal, termasuk kondisi keamanan.
Kisah-kisah itu terukir jelas di langit-langit bale berupa ukiran wayang, yang mengilustrasikan apa saja yang dilakukan di kerajaan pada zaman itu.
“Salah satu sanksinya misalnya pada ibu yang nggak mau memberi ASI kepada anaknya, payudaranya akan ditempelkan hewan melata,” kisah Bli Wira, menunjuk salah satu ukiran yang mengisahkan demikian.
Ketika berdiri di atas bale ini, nanar matamu bisa menyapu ke arah kanan, dimana bangunan Bale Kambang yang dikelilingi kolam yang disebut Taman Gili itu berdiri dengan cantik.

Bangunan yang bermandikan arsitektur khas Bali abad 17 itu menjadi fokus utama spot ini karena letaknya tepat di tengah taman dengan beberapa anak tangga yang harus ditapaki menuju bangunan utama.
Mirip dengan bagunan pertama, langit-langit Bale Kambang juga dihiasi dengan lukisan wayang, yang berkisah tentang Karma Pahala, hubungan sebab akibat dari perbuatan manusia jika melakukan kesalahan.
Pada bagian kanan Bale Kambang, ada sebuah taman luas dengan rumput hijau yang disitu dibangun sebuah pura untuk ritual persembahyangan yang disampingnya ada bangunan museum Semarajaya, tempat barang-barang kuno kerajaan dirawat dan dilestarikan.

Kamu yang ingin melihat Bali yang telah kembali, harus menunggu hingga keadaan ini benar-benar dipastikan aman untuk bisa berwisata. Jika kamu memiliki budget yang cukup untuk traveling, sebaiknya #DiIndonesiaAja, menikmati #WonderfulIndonesia yang tiada duanya ini, salah satunya tentu ada di Bali.[]