Jaga Kesehatan! Begini Seluk-beluk Transplantasi Ginjal

Virtual Media Briefing Re-launching Layanan Transplantasi Ginjal RSCM | Tangkapan layar Zoom
AKURAT.CO, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah membuka kembali layanan transplantasi ginjal sejak Juli lalu, setelah terpaksa ditutup akibat pandemi Corona, berdasarkan kesepakatan internasional.
Pada masa pandemi ini, RSCM bahkan sudah menyelesaikan 15 kasus transplantasi, dengan protokol khusus yang begitu ketat dan detail.
Ini tentu menjadi kabar baik bagi para pasien gagal ginjal yang umumnya mendapat tiga tindakan medis yakni dialysis (cuci darah) atau transplantasi.
baca juga:
Dalam sesi Virtual Media Briefing mengenai Re-launching Layanan Transplantasi Ginjal RSCM yang dihadiri Akurat.co, Jumat, (11/9), dijelaskan bahwa transplantasi jauh lebih direkomendasikan karena lebih menguntungkan dari berbagai sisi. Tentu, itu termasuk peluang hidup yang lebih besar dan lebih panjang.
Dalam kesempatan itu, Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, Sp.PD-KGH dari Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM menjelaskan bahwa penyakit ginjal tahap akhir mayoritas disebabkan oleh penyakit kronik, seperti hipertensi dan diabetes mellitus. Selain itu, dipengaruhi juga oleh radang ginjal, kista ginjal, dan sumbatan saluran kemih.
Berdasarkan data yang dihimpun dalam Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018, terdapat 65.947 pasien baru yang membutuhkan cuci darah, 92% diantaranya termasuk dalam kategori penyakit ginjal tahap akhir.
"Pencegahan yang harus dilakukan untuk penyakit kronik seperti hipertensi dan diabetes mellitus yaitu menjaga tekanan darah dan kadar gula darah dalam batas normal, patuh terhadap pengobatan yang diberikan dan mempraktikkan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi diet harian yang tepat, melakukan aktivitas fisik, menjaga berat badan, beristirahat cukup, menghentikan konsumsi zat yang tidak baik seperti merokok, minuman beralkohol," katanya.
Langkah-langkah ini perlu diterapkan bagi calon donor transplan dan resipien sebelum prosedur dilakukan.
Saat pasca prosedur transplantasi ginjal, diperlukan pemantauan yang ketat untuk menilai adanya risiko penolakan organ. Pasien resipien transplan diberikan obat-obat penurun sistem imun dan ditempatkan pada ruangan khusus untuk mengurangi kemungkinan infeksi.