Alasan RSCM Buka Kembali Layanan Transplantasi Ginjal Saat Pandemi

Virtual Media Briefing Re-launching Layanan Transplantasi Ginjal RSCM | Tangkapan layar Zoom
AKURAT.CO, Pandemik infeksi COVID-19 memberikan dampak yang sangat masif dan signifikan bagi segala sektor, termasuk pelayanan kesehatan. Di berbagai belahan dunia terjadi respon kepanikan yang luar biasa, karena penyebaran infeksi yang begitu cepat.
Pada sektor kesehatan, terjadi efek domino yang sangat nyata. Meningkatnya jumlah pasien terinfeksi COVID-19, menyerap hampir seluruh sumber daya pelayanan kesehatan di pusat-pusat pelayanan kesehatan.
Hal ini, ditambah minimnya pengetahuan mengenai COVID-19 pada masa-masa awal penyebarannya, memaksa otoritas kesehatan internasional mengeluarkan himbauan untuk menghentikan sementara tindakan transplantasi ginjal di seluruh dunia.
baca juga:
Hal ini diikuti oleh Indonesia. Pelayanan trasnplantasi ginjal sempat dihentikan selama kurang lebih tiga bulan, sejak bulan Maret 2020.
Tapi seiring pengetahuan yang bertambah mengenai pandemi COVID-19 dan langkah-langkah mitigasinya, program transplantasi ginjal mulai kembali digalakkan, tentunya dengan strategi-strategi adaptasi penting untuk tetap menjamin keamanan dan keberhasilan transplantasi ginjal.
Segala pertimbangan ini disampaikan para narasumber dalam Virtual Media Briefing mengenai Re-launching Layanan Transplantasi Ginjal RSCM yang dihadiri Akurat.co, pada Jumat, (11/9).
Soal ketersediaan kapasitas ahli, Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, mengemukakan bahwa prosedur transplantasi ginjal dilakukan secara multidisiplin dan komprehensif untuk mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan.
Tim Transplantasi Ginjal di RSCM terdiri dari beberapa spesialistik terkait, mencakup ahli Penyakit Dalam Ginjal Hipertensi (ahli Nefrologi), Urologi, Anestesiologi, Radiologi, Patologi Anatomi, Patologi Klinik, Kardiologi, Pulmonologi, Psikiatri, dan THT.
"Dokter spesialis urologi dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim donor dan tim resipien. Anggota aktif tim donor transplan saat ini berjumlah 4 orang, sementara tim resipien transplan berjumlah 5 orang,” katanya.
Kini dengan kerja keras, RSCM kembali memulai transplantasi ginjal di era kebiasaan baru pada bulan Juni 2020.
Dalam 9 tahun terakhir, prosedur transplantasi ginjal di RSCM sudah dilakukan hampir 800 kali, 15 kasus diantaranya dilakukan di era pandemi COVID-19. Selama proses itu, dirumuskan berbagai protokol dan strategi terstandarisasi untuk beradaptasi dengan keadaan pandemi ini.
Modifikasi yang dilakukan tidak hanya dengan melakukan penerapan penggunaan alat pelindung diri bagi pasien, namun juga modifikasi pada prosedur dan metode pelayanan medis. Hal ini sangat penting, karena disaat bersamaan, tuntutan juga datang dari sektor pelayanan kesehatan lainnya, termasuk pasien-pasien dengan masalah ginjal yang membutuhkan tindakan transplantasi ginjal.
Penundaan tindakan terapi selain menyebabkan peningkatan jumlah antrian pasien, juga dapat memperburuk kondisi penyakit pasien hingga berakibat fatal.
"Hal ini merupakan salah satu pertimbangan utama bagi RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk kembali melakukan pelayanan transplantasi ginjal. Penundaan tindakan terapi selain akan menurunkan angka keberhasilan, namun juga dapat menyebabkan pasien mengalami komplikasi penyakit yang berat, dan mengalami perburukan sewaktu-waktu, hingga dapat menyebabkan pasien meninggal dunia," kata Dr. dr. Dita Aditianingsih, Sp.An-KIC, Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Intensive Care FKUI-RSCM pada kesempatan yang sama.
Prosedur yang dilakukan di era pandemi COVID-19 ini memiliki sedikit perbedaan karena menerapkan protokol kesehatan baru yang ketat, baik dari sebelum operasi, selama operasi, maupun sesudah operasi.
Hal ini semata-mata dilakukan untuk menjamin keamanan dan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan yang terlibat. Untuk tenaga kesehatan yang terlibat, RSCM mewajibkan untuk pemeriksaan swab real time (RT) PCR SARS-CoV-2 tiap 2 minggu.
Jika ada anggota tim transplant yang didapatkan terpapar kasus probable atau confirmed COVID-19, anggota tim tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi dalam rangkaian prosedur transplantasi ginjal sementara waktu hingga hasil swab terbukti negatif.
“Untuk tenaga kesehatan yang terlibat, RSCM mewajibkan untuk pemeriksaan swab real time (RT) PCR SARS-CoV-2 tiap 2 minggu. Jika ada anggota tim transplant yang didapatkan terpapar kasus probable atau confirmed COVID-19, anggota tim tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi dalam rangkaian prosedur transplantasi ginjal sementara waktu hingga hasil swab terbukti negatif,” katanya.[]