Kisah Rahman dan Rahim, Bayi Kembar yang Tak Ingin Hidup Dempet Selamanya

Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi, bayi kembar siam yang dempet di bagian jantung dan hati | KITABISA.COM
AKURAT.CO, Perasaan senang dan sedih mungkin tercampur aduk di relung hati pasangan suami-istri, Romi Darma Rachim dan Ika Mutia Sari.
Romi dan Ika berhasil mendapatkan informasi akan keturunan sepasang bayi kembar, sebuah hal yang mungkin diinginkan oleh banyak pasangan. Sayangnya, bayi yang dilahirkan oleh Ika mengalami kasus kembar dempet.
Bayi yang diberi nama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi itu mengalami dempet di bagian dada sampai ke perut bawah mereka. Jantung dan hati dua bocah tak berdosa itu menempel dalam tubuh satu tubuh.
Tindakan operasi menjadi jalan bagi Rahman dan Rahim untuk bisa hidup tanpa berdempetan. Namun, biaya yang harus dikeluarkan oleh Romi dan Ika adalah sekitar Rp1,6 miliar, sebuah nominal yang bakal sangat sulit bahkan mustahil untuk bisa dimiliki pasangan tersebut, terlebih Romi hanya merupakan driver ojek online dengan penghasilan yang tak menentu, tak seberapa.

Belum selesai dengan persoalan dempet yang dialami Rahman dan Rahim, dokter pun mendiagnosis jantung Rahim terlalu lemah untuk memompa darah sendiri. Pada akhirnya, Rahim bergantung pada jantung Rahman yang lebih kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuhnya.
Seakan habis jatuh tertimpa tangga, cobaan besar lainnya pun datang. Rahim juga divonis menderita kelainan otak bawaan (Dandy walker syndrome) yang menyebabkan sensor motorik dan indra pendengarannya tidak responsif.
Tak bisa dibayangkan betapa hancur dan pedihnya hati Romi dan Ika menghadapi kenyataan itu. Melihat kondisi organ si kembar yang menempel, dokter mengharuskan mereka untuk segera menjalani operasi pemisahan organ.
Tanpa tindakan operasi tersebut, Rahman dan Rahim tak bisa hidup dan tumbuh terpisah layaknya bayi kembar lainnya. Selain itu, ia juga akan mengalami komplikasi kesehatan bahkan nyawa mereka bisa terancam.
Sebagai seorang ayah dan tulang punggung keluarga, tak ada yang tak Romi lakukan untuk Rahman dan Rahim. Dari jadi satpam, hingga banting setir menjadi driver ojol, dan sekarang menyambi jadi tukang parkir walau sepi di tengah wabah.
Pak Romi tak pernah lelah untuk terus mencari nafkah untuk makan sehari-hari, khususnya untuk biaya tindakan operasi walau dirinya hanya mendapatkan pendapatan Rp50 ribu sehari.
Dengan penghasilan yang terbatas itu, butuh 87 tahun lamanya buat Pak Romi agar bisa mengumpulkan lembaran Rp50 ribu yang cukup buat operasi si kembar, sebuah hal yang tentunya mustahil apabila dilakukan.
Sebagai orangtua, Romi dan Ika tentunya ingin Rahman dan Rahim hidup dengan kondisi sehat dan normal, serta tumbuh bahagia layaknya bayi pada umumnya. Untuk itu, yuk bantu.
Yuk, #OrangBaik, kita beri Rahman dan Rahim operasi demi masa depan mereka dengan cara ikut berdonasi di platform kitabisa.com, Rahman & Rahim Mau Jantung & Hati Mereka Terpisah.[]