
AKURAT.CO Musisi Ardhito Pramono tengah menjadi sorotan, lantaran dugaan penyalahgunaan narkotika dengan barang bukti ganja.
Di masa lalu, pelantun lagu "Bitterlove" ini, juga diketahui pernah menggunakan obat-obatan terlarang.
Ardhito menyampaikannya hal itu secara terbuka saat menjadi bintang tamu di acara Ngobrol Bareng Musisi (Ngobam). Bincang santai tersebut dipublikasikan di kanal Youtube Gofar Hilman.
baca juga:
"Pernah (pakai) drugs dulu, sekarang sudah enggak sama sekali. Menentukan sesuatu jadi ceroboh, yang dipikir benar jadi salah. Enggak tahu kenapa enggak bisa setop. Jahat banget, adiktif gila," ujar Ardhito kala itu.
Ardhito bercerita, penyalahgunaan narkotika yang pernah dis lakoni saat sedang berkuliah di Sydney, Australia. Ardhito menginformasikan, "boti" (obat terlarang berbentuk pil atau kapsul) yang dia konsumsi adalah narokotika magadon.
Dalam tayangan YouTube itu, Ardhito mengaku juga pernah menyalahgunakan psikotropika dumolid, saat sedang tertekan menghadapi masalah keluarga.
Seperti diketahui, banyak ahli yang mengungkap bahwa keluarga memiliki peranan paling penting untuk membuat seseorang menyalahgunakan narkoba.
Salah satunya hasil penelitian oleh Asmoro dan Meliliani (2016) pada jurnal biometrika dan kependudukan, dijelaskan bahwa orangtua menjadi faktor penting terhadap penyalahgunaan narkoba.
Menurut penelitian itu, ada empat tipe orang tua yang memiliki kemungkinan besar menjerumuskan anak-anaknya kepada penyalahgunaan narkoba.
Tipe orangtua dengan sistem otoriter
Ketegasan memang sangat diperlukan untuk mendidik anak-anak, tetapi bukan sikap otoriter yang semena-mena. Ketika orangtua melarang suatu hal perlu ada penjelasan dan pendekatan yang persuasif agar si anak memahami.
Kalau hanya melarang dan tidak memberi penjelasan, ini tidak berbeda dengan diktator.
Pada persoalan ini keotoriteran yang dimaksud cenderung ke arah diktator. Memang persoalan keotoriteran ini tidak akan memberikan dampak positif terutam dalam pengelolaan keluarga.
Tipe orangtua tidak harmonis
Banyak percekcokan yang dilakukan Ayah dan Bunda, membuat anak tertekan dan tidak mendapatkan lingkungan kondusif untuk perkembangan mental dan kognitifnya.
Pada akhirnya berujung pada perceraian. Tidak sedikit mereka yang merasa kesal dengan kondisi rumah melampiaskannya ke pergaulan dengan teman-temannya.
Bahkan mereka mencoba hal-hal yang menarik untuk mereka, meskipun itu dilarang oleh hukum maupun agama.
Ironisnya, tipe keluarga yang seperti ini yang paling banyak menyumbangkan korban-korban narkoba.
Tipe orangtua super sibuk
Tipe ketiga adalah orangtua yang sibuk dan tidak memberi perhatian secara intensif kepada anak-anaknya. Mereka hanya berfokus pada ekonomi. Kasih sayang hanya dimaknai sebagai pemberian nafkah dan uang jajan.
Tidak sedikit orangtua di Indonesia yang berfikiran seperti ini. Karena memang budaya sebagian masyarakat menganggap bahwa kasih sayang utama adalah dengan nafkah sebanyak-banyaknya.
Padahal bagi anak yang menyalahgunakan narkoba, perhatian orangtua meskipun kecil sangat berarti dan bermakna.
Tipe orangtua permisif
Tipe terakhir adalah orangtua yang menerapkan metode permisif dalam pembinaan anak-anaknya. Cara ini merupakan kebalikan dari metode otoriter.
Orangtua tipe permisif memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada anak tanpa ada rambu ataupun penjelasan. Sikap seperti ini akan menyebabkan si anak menyepelekan segala sesuatu, termasuk bahaya menggunakan narkoba
Tipe-tipe di atas harus menjadi perhatian bagi para orangtua yang tidak ingin anaknya terjebak dengan persoalan narkoba. Hal ini berlaku juga bagi mereka yang ingin menikah
Bagi orangtua korban penyalahgunaan narkoba, harus sadar bahwa meskipun saat ini mereka telah menjadi korban narkoba, tetaplah memberikan support sebesar-besarnya pada anak.
Sebab, ketika anak mendapat cemooh karena dahulu pernah menggunakan narkoba, orangtua lah yang menjadi tempat terakhir untuk bertahan.