IHSG Makin Perkasa, Ternyata Ini Rahasianya!

Pengunjung saat berada di sekitar layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (23/10/2019) menguat 0,08% atau 11 poin ke Rp14.029. Menurut analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai penguatan rupiah dipengaruhi oleh pelantikan menteri dalam Kabinet Indonesia Maju. | AKURAT.CO/Endra Prakoso
AKURAT.CO Di tengah stabilnya makroekonomi domestik, IHSG awal perdagangan pekan kedua Desember melanjutkan penguatannya.
IHSG hari ini (9/12/2019) tercatat menguat 0,24% atau 14,62 poin ke 6.201,48. Sebanyak 143 saham menguat, 48 saham lesu, dan 121 saham stagnan. Asing membukukan penjualan bersih hingga Rp14,57 miliar.
Saham teratas yang paling menguat dari kelompok 45 saham blue chip atau Indeks LQ45 adalah PT Sentul City Tbk (BKSL) naik 4,41% ke Rp71 per lembar saham. Saham yang paling melemah adalah PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) turun 1,24% ke Rp318.
baca juga:
Secara umum, saham teruntung adalah PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL) naik 34,12% ke Rp228 perlembar saham. Saham yang paling melemah adalah PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI) turun 24,8% ke Rp185.
Tiga saham teraktif adalah Bank Mandiri Tbk (BMRI) bernilai Rp17,7 miliar, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) bernilai 17,38 miliar, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) bernilai Rp14,19 miliar.
Kepala riset PT Valbury Sekuritas Indonesia Tbk Alfiansyah menilai penguatan IHSG didorong oleh momentum siklus tahunan IHSG terhadap apresiasi di bulan Desember.
“Selain itu sentimen pasar dari dalam negeri lainnya adalah Bank Indonesia (BI) langsung mengumumkan kebijakan intervensi di pasar spot dan pasar domestik mata uang valas berjangka untuk menstabilkan rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar AS ditengah anjloknya Peso Argentina,” kata Alfiansyah kepada Akurat.co.
Untuk diketahui, ekonomi Argentina diambang krisis, penyebab terbesarnya adalah pasar bereaksi negatif atas hasil pemilu pendahuluan pada Agustus 2019. Di negara tersebut yang dimenangi calon oposisi, Alberto Fernandez yang mengalahkan calon petahana yang dikenal pro-pasar, Mauricio Macri.
Sisi lain, BI akan melanjutkan kebijakan akomodatif yang telah diambil pada 2019 dengan mencermati kondisi domestik dan global. Pada 2020, BI akan memperluas kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk pengembangan UMKM dan sektor prioritas yakni termasuk ekspor dan pariwisata.
Pendalaman pasar uang akan diakselerasi dan instrumen keuangan didorong untuk pembiayaan infrastruktur ramah lingkungan salah satunya Green Bond bersama pemerintah dan OJK. Selain itu, sistem pembayaran diperluas melalui elektronifikasi penyaluran program sosial, moda transportasi dan operasi keuangan pemerintah di berbagai daerah serta sistem kliring nasional dan peingkatan interkoneksi gerbang pembayaran nasional.
Sementara, analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai penguatan IHSG didorong oleh penguatan bursa Asia dan AS serta naiknya harga sejumlah komoditi global.
“Sepanjang pekan lalu IHSG menguat sebesar +2.91% disertai Net Buy Asing sebesar Rp +512.20 miliar, diawal minggu ini, Senin, IHSG kembali berpeluang melanjutkan kenaikannya seiring penguatan DJIA sebesar +1.22% serta penguatan beberapa harga komoditas seperti: Oil +1.20%, CPO +1.39%, Nikel +1.52% & Timah +1.66%,” kata Edwin kepada Akurat.co.
“Naiknya EIDO +0.36% serta penguatan Bursa Asia Senin pagi menjadi tambahan faktor positif bagi penguatan IHSG Senin ini,”pungkasnya.[]