Resesi Ekonomi Diprediksi Terjadi Tahun Depan!

Polisi anti huru hara menembakkan gas air mata ke arah para demonstran selama protes terhadap kekerasan polisi di Hong Kong, Cina 28 Juli 2019. | REUTERS / Tyrone Siu
AKURAT.CO Resesi ekonomi menurut sejumlah ekonom terjadi pada 2020. Salah satunya diungkapkan oleh Wakil Ekonom Moody's Analytics Mark Zandi. Ia mengatakan, 2020 menjadi titik perubahan nyata perekonomian dunia.
Profesor di NYU's Stren School of Business Nouriel Roub ini pun mengakui pergerakan ekonomi global sepertinya akan berlanjut tahun depan, tetapi tetap ada peringatan kondisi ekonomi akan terjun ke jurang resesi global 2020.
Ia melihat tanda itu dari masalah inflasi yang mulai datang, sengketa dagang semakin terasa buruk, hingga suku bunga yang kini sering dipermainkan.
baca juga:
Selain itu, pertumbuhan China pasti melambat lantaran berlebihan produksi di tengah luasnya pasar namun sulit menerima barang sebanyak itu. Uni Eropa pun masih berurusan dengan masalah politiknya yang mana terancam berkurang pengaruhnya.
Mantan Dewan Gubernur Bank of Canada William White pun menilai sama dengan Roubini. Bahkan, menurutnya resesi 2020 akan lebih parah daripada resesi sebelumnya.
"Paling tidak terjadi perubahan ekonomi baru, yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang harus dihadapi para pembuat kebijakan," katanya, dilansir dari World Financial Review, Kamis (7/11/2019).
White melihat tandanya dari semakin maraknya campur tangan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menandakan semakin meningkatnya kredit macet (NPL) global, khususnya bagi sektor swasta di negara berkembang.
Selain itu, saham dan properti pada saat 2020 akan merosot sehingga semakin berisikonya perusahaan untuk kesulitan memperoleh pendanaan.
Mantan Manajer Pengembangan Goldman Sachs Noni Prins pun menyimpulkan alasan utama dibalik pasti terjadinya resesi 2020 adalah adanya utang konsumsi rumah tangga, yaitu terhadap kartu kredit, pinjaman pelajar, dan autodebt.
Resesi ini sebenarnya telah terjadi di Hongkong. Perekonomian Hong Kong semakin terpuruk akibat demonstrasi yang berkepanjangan dan mengakibatkan PDB Kuartal III-2019 mengalami kontraksi sebesar 3,2% (QoQ).
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Hong Kong sempat terkontraksi 2,9 persen. Ini merupakan angka terendah bagi Hong Kong sejak krisis keuangan global tahun 2008-2009 silam. []