Sempat Bimbang Ditawari Jadi Menkeu, Sri Mulyani Akui Tipikal Harus 'Move On'

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) bersama Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) menyampaikan pendapat saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di gedung parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Senin (17/6/2019). Raker tersebut membahas pengambilan keputusan Asumsi Dasar RAPBN 2020. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan peningkatan utang luar negeri (ULN) Indonesia bukan masalah. Dirinya mengungkapkan utang merupakan salah satu instrumen APBN yang dikelola untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik. Sri juga menyebut pada tahun 2019, pertumbuhan utang justru berada di level minus 14 persen. Hal itu berbanding terbalik dengan pertumbuhan belanja produksi mencapai Rp1.000 triliun. AKURAT.CO/Sopian | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan kisahnya saat diminta kembali mengabdi ke Indonesia dan harus rela meninggalkan jabatannya di Bank Dunia.
Saat diminta kembali menjadi Menteri Keuangan di Kabinet Kerja Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2016, Sri Mulyani mengaku bukan tipikal orang yang mau kembali ke pekerjaan lama. Menurutnya, hidup harus berubah.
Hal itu dikatakannya ketika menjadi pembicara pada Acara Kadin Talks di Menara Kadin, Jumat (2/7/2019).
baca juga:
"Waktu pulang memang pertanyaan pertama memang saya termasuk orang yang tidak mau masuk ke pekerjaan lama. Hidup harus move on," katanya.
Meskipun saat itu kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sulit dan dirinya masih menjabat Direktur Bank Dunia. Namun akhirnya Sri Mulyani menerima tawaran menjadi Menkeu kedua kalinya.
Hal itu karena ingin mendukung cita-cita mulia Presiden Jokowi dalam membangun Indonesia dengan ekonomi yang lebih baik.
"Tentu yang pertama membuat saya ingin bergabung adalah karena Pak Jokowi menyampaikan dengan kepimpinannya beliau ingin membangun Indonesia pondasi yang kuat ekonomi yang maju dan berkeadilan. Saya rasa itu cita-cita yang mulia itu patut kita dukung," lanjutnya.
Disisi lain, permintaan dari seorang Presiden menurut Sri Mulyani merupakan permintaan yang tidak dapat ditolak. Bahkan keputusannya dilakukan sebagai wujud bukti kecintaan terhadap Tanah Air.
"Tentu attachment kita kepada Indonesia kalau yang meminta anda adalah Presiden yang dipilih oleh rakyat Indonesia dan mendapat kepercayaan untuk membangun. Lalu dia meminta kita untuk sama-sama membantu cita-cita Indonesia, I dont think anyone can say no to that," tambahnya.[]