Minimnya Pusat Pelatihan Tenaga Kerja, Tantangan Serius Masa Depan Bangsa

Pekerja menyelesaikan pesanan jahitan pakaian muslim di De'Cantiqu Factory, Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/10). Kementerian Perindustrian menargetkan laju pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional hingga akhir 2017 mencapai 2,59 persen dengan nilai ekspor USD12,09 miliar dan penyerapan tenaga kerja 2,73 juta orang. Sementara pada 2019 diproyeksikan laju pertumbuhan industri . | ANTARAFOTO/M.Agung Rajasa
AKURAT.CO, Program Manajer International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) Siti Khoirun Ni'mah mengatakan pelatihan kerja yang minim bagi pekerja dan angkatan kerja merupakan tantang serius bagi masa depan Indonesia.
"Pemerintah pusat dan daerah harus memecahkan permasalahan ini. Kebijakan pemerintah terhadap Revolusi Industri keempat harus berorientasi pada pekerja dan angkatan kerja," kata Ni'mah melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (8/5).
Ni'mah mengatakan pemerintah juga harus memastikan pekerja yang berada pada struktur produksi menjadi prioritas kebijakan agar tidak kehilangan pekerjaan.
baca juga:
Menurut Ni'mah, pekerja dan angkatan kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sekaligus meningkatkan posisi tawarnya.
Namun, kesempatan pekerja dalam mendapatkan pelatihan-pelatihan kerja atau vokasi ternyata masih sangat rendah.
Menurut Survei Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata hanya enam persen pekerja di tingkat nasional yang pernah mengikuti pelatihan-pelatihan kerja atau vokasi pada rentang 2008 hingga 2015.
Hal serupa juga terlihat dari survei yang dilakukan Perkumpulan Prakarsa pada November 2017 hingga Januari 2018 di Yogyakarta, Kulonprogo, Wonosobo, Bojonegoro dan Malang.
Survei tersebut menunjukkan, dari 789 responden yang sebagian anak muda dan perempuan, hanya 14 persen yang menyatakan pernah mengikuti pelatihan-pelatihan kerja atau vokasi.
"Padahal, 70 persen dari responden yang mengikuti pelatihan menyatakan pelatihan tersebut memberi manfaat, antara lain memudahkan mereka mencari kerja," tutup Ni'mah. []