Cukai Rokok Naik, BPS: Tidak Pengaruhi Laju Inflasi Februari 2021

Sepertiga dari jumlah perokok pria di dunia berasal dari China | World Atlas
AKURAT.CO, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan kenaikan cukai hasil tembakau yang mulai berlaku pada awal Februari 2021 lalu tidak mempengaruhi laju inflasi nasional.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan rokok hanya memberikan andil inflasi di bawah 0,01 persen pada Februari 2021. "Rokok menyumbang inflasi pada Februari, tapi andilnya di bawah 0,01 persen," ujarnya, Senin (1/3/2021).
Pria yang akrab disapa Kecuk itu merincikan bahwa inflasi rokok disumbangkan oleh inflasi rokok kretek 0,13 persen, rokok kretek filter 0,26 persen dan rokok putih 0,33 persen.
Ia pun meyakini kedepan, kenaikan cukai rokok tersebut tidak langsung mempengaruhi inflasi karena harga di tingkat eceran biasanya naik secara bertahap.
"Dampak kenaikan ini akan bertahap karena beberapa alasan, salah satunya karena pedagang eceran masih punya stok pita cukai lama," terangnya.
Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa pemerintah secara resmi menaikkan cukai hasil tembakau dengan rata-rata 12,5 persen untuk jenis sigaret putih mesin dan sigaret kretek mesin.
Regulasi tarif baru tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.010/2020 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
baca juga:
Sementara itu, BPS mengumumkan mengumumkan inflasi pada Februari 2020 sebesar 0,10 persen month on month (MoM).
Sehingga inflasi tahun kalender adalah 0,36 persen, sementara inflasi tahun ke tahun atau year-on-year (YoY) adalah 1,38 persen.
Kecuk mengungkapkan, inflasi 0,10% pada Februari 2021 ini mengindikasikan bahwa sampai dengan akhir Februari 2021 ini dampak pandemi Covid-19 belum reda dan masih terus membayangi perekonomian tidak hanya di Indonesia tapi juga di berbagai negara.
“Dan tentunya perlu diwaspadai karena pandemi akan menyebabkan mobilitas yang berkurang, roda ekonomi yang bergerak lambat, berpengaruh pada pendapatan dan pada akhirnya berpengaruh pada lemahnya permintaan,” jelasnya.
Ia menyebutkan dari 90 kota yang dipantau BPS, 56 kota mengalami inflasi. Sementara sisanya 34 kota mengalami deflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 1,12%. Kita tau bahwa saudara kita di Mamuju sedang mengalami musibah bencana, gempa bumi tetapi inflasi pada Februari 2021 cenderung menurun dibandingkan posisi Januari lalu. Dimana Februari 2021 ini inflasi di Mamuju 1,12% terjadi karena adanya peningkatan harga untuk beberapa komoditas ikan yang memang banyak dikonsumsi oleh masyarakat setempat dan juga adanya kenaikan tarif angkutan udara yang memberikan andil kepada Mamuju sebesar 0,20%,” terang pria yang akrab disapa Kecuk itu.[]