Ingin Lepas dari Resesi Ekonomi? Jangan Tunda Ambil KPR!

Warga beraktivitas di areal proyek hunian bernuansa syariah di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (31/5/2020). Bank BNI meluncurkan program tunjuk rumah yang menyasar untuk kaum milenial dengan tawaran harga khusus dan cicilan tetap sampai akhir kontrak serta kemudahan lainnya yaitu bebas biaya administrasi, bebas biaya KPR, bebas biaya taksasi, dan bebas denda. | AKURAT.CO/Dharma Wijayanto
AKURAT.CO Krisis ekonomi bagi masyarakat Indonesia memang bukanlah hal baru akan tetapi juga sangat sensitif, bila kondisi tersebut terulang kembali. Apalagi di tengah kondisi Pandemi Covid-19 yang masih mengandung risiko, karena menyebabkan memburuknya ekonomi di semua sektor.
Masyarakat masih menyimpan trauma yang mendalam akibat adanya dampak dari krisis ekonomi pada tahun 1998 silam. Apalagi selama tiga kuartal berturut-turut di tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi ekonomi yang cukup dalam, sehingga masuk dalam kategori resesi ekonomi. Mimpi buruk krisis ekonomi pun kembali menghantui.
Seperti diketahui, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Perekonomian Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi atau minus 2,07%. Dan merupakan capaian kinerja ekonomi terburuk sejak 22 tahun terakhir atau setelah krisis ekonomi pada 1998, akibat hantaman Pandemi Covid-19.
baca juga:
Meski menurut Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kinerja perekonomian Indonesia sudah menunjukkan perbaikan di tiap kuartalnya setelah minus 5,32% di kuartal kedua 2020, namun tetap saja kondisi resesi ekonomi ini perlu terus dicermati. Pasalnya penyebaran Covid-19 di Indonesia terus eskalatif, dan kenaikan kasusnya juga masih tinggi. Hal inilah yang berpotensi menimbulkan risiko besar pada perekonomian kedepannya.

Bahkan, International Monetary Fund (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021. Dalam World Economic Outlook Update: January 2021, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya sebesar 4,8%. Proyeksi tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan estimasi yang sempat disampaikan IMF pada Oktober 2020 lalu. Saat itu, IMF memproyeksi perekonomian Indonesia mampu tumbuh hingga 6,1% pada tahun 2021.

Indonesia memang masih mempunyai memori buruk soal krisis ekonomi 1997-1998, yang akrab disebut krisis moneter (krismon). Karena krisis ekonomi tersebut bertansformasi menjadi krisis sosial-politik yang menyebabkan keruntuhan rezim Orde Baru dan kekacauan sosial di berbagai daerah.
Tentu potensi ke arah krisis ekonomi masih jauh. Namun tidak ada salahnya masyarakat Indonesia terus mawas diri. Resesi ekonomi yang masih terjadi saat ini jangan sampai menjadi pemicu masalah yang lebih besar di kemudian hari, ditambah lagi kondisi dalam kondisi pandemi.
Genjot Konsumsi Masyarakat Menengah Atas
Pertumbuhan ekonomi pada 2020 terpukul karena konsumsi masyarakat, yang selama ini memberikan kontribusi terbesar pada struktur perekonomian, anjlok tajam imbas pandemi COVID-19. BPS menunjukkan konsumsi rumah tangga yang menyumbang 57,66% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, melorot 2,63%.