Rumah Sehat Jadi Tren Baru Selama Lonjakan WFH

Webinar Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM), Kamis (18/2/2021). | AKURAT.CO/Denny Iswanto
AKURAT.CO Pandemi Covid-19 memicu kegiatan bekerja dari rumah (work from home/WFH) dan sekolah dari rumah (study from home/SFH) untuk menekan penyebaran virus SARS-Cov-2. Alhasil, rumah sehat menjadi tren selama pandemi.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menuturkan, tren permukiman saat ini dan ke depan membutuhkan lebih banyak ruang terbuka. Fasilitas di kawasan permukiman juga dibentuk selengkap mungkin.
“Selain itu, rumah kini dimanfaatkan untuk bekerja, belajar, beribadah dan beribadah. Pada titik ini, desain rumah semakin memperhatikan siruklasi udara dan pencahayaan,” ujar Totok dalam webinar Rumah Sehat Sebagai Kebutuhan Gaya Hidup yang digelar Jurnalis Peduli Kesehatan Masyarakat (JPKM), Kamis (18/2/2021).
baca juga:
Selain menggelar webinar, JPKM melakukan kegiatan dua bedah rumah masing-masing di Rawa Mekar Jaya, Serpong, Tangerang Selatan dan Serpong, Tangerang Selatan.
Totok melanjutkan sektor perumahan masih bisa tumbuh 2,3% tahun lalu. Padahal, ekonomi nasional terpangkas 2,07%, akibat pandemi Covid-19. Meski begitu, dia menuturkan, pandemi Covid-19 menghantam hebat sejumlah subsektor properti.
Dia mencatat, kinerja mal ambles 85%, okupansi hotel turun 95%, perkantoran turun 74%, rumah komersial turun 50-80%. Akan tetapi, rumah subidi masih bertahan selama pandemi.
Dia menegaskan, ada beberapa risiko dan tantangan sektor properti tahun ini. Pertama, pandemi Covid-19 tidak tertangani sampai akhir tahun dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terus berlanjut. Kemudian, resesi ekonomi dan PHK 5–30% dari pekerja formal, lalu implementasi UU Cipta Kerja tidak probisnis, serta perubahan gaya hidup konsumen.
Adapun peluang sektor properti tahun ini, kata dia, datang dari vaksin gratis untuk seluruh penduduk Indonesia, kenaikan anggaran infrastruktur 47% menjadi Rp 414 triliun, penurunan suku bunga BI7DRR 3,75%, penurunan suku bunga KPR/KPA, kenaikan kredit properti, anggaran FLPP MBR meningkat, dan relaksasi properti menengah atas (PPnBM, LTV rumah kedua).
Selanjutnya, dia menuturkan, pemulihan daya beli pembeli dan investor, pasokan klaster baru, UU Cipta Kerja probisnis, proyek ibu kota baru Rp 446 triliun.