Mentan Pantau Ketat Ketahanan Pangan di Sulawesi Barat

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IV di Nusantara, Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2020). Raker kali ini merupakan tindak lanjut dari Rapat Dengar Pendapat (RDP) sebelumnya terkait program kerja tahun anggaran 2020. | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memantau ketahanan pangan serta menyalurkan bantuan logistik pascabencana di Provinsi Sulawesi Barat, Sabtu (23/1/2021).
Dalam kunjungan itu, Menteri Syahrul didampingi Gubernur Provinsi Sulawesi Barat M. Ali Baal Masdar ke posko tanggap darurat penanganan bencana alam Sulbar di Kabupaten Mamuju.
“Yang saya mau pastikan, ketersediaan pangan masyarakat yang tidak boleh terganggu,” kata Syahrul dilansir dari Antara.
Ia mengatakan dua hal melatarbelakangi kunjungan itu, yakni perintah Presiden Joko Widodo, di mana Presiden berpesan kepada semua jajarannya, untuk membantu di lokasi bencana, apapun yang bisa dilakukan.
Selain, komitmen bersama Gubernur Sulbar, karena dirinya punya andil dalam mendirikan provinsi ini sejak menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.
Syahrul juga mengatakan Kementan turut membawa sekitar 20 truk bantuan logistik yang sedang dalam perjalanan menuju Mamuju dan Majene.
Bantuan diperkirakan senilai Rp800 juta, terdiri dari beras sekitar 60 ton, obat-obatan, minyak kayu putih, popok, pembalut, air mineral, mi instant, dan terpal.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan status penanganan bencana gempa Bumi dengan magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat sebagai tanggap darurat.
Penetapan status tanggap darurat itu dilakukan Gubernur Sulawesi Barat M. Ali Baal Masdar melalui surat nomor 001/Darurat-SB/I/2021, sejak 15 sampai dengan 28 Januari 2021.
Sekadar informasi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebagian besar wilayah Indonesia yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki puncak musim hujan seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu.
Puncak Musim Hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021. Untuk itu perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem.
baca juga:
"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode Puncak Musim Hujan ini," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (23/1/2021).
Sebagian besar wilayah yang berada pada Puncak Musim Hujan tersebut terutama sebagian Sumatera bagian Selatan, sebagian besar Jawa, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.[]