Dolar AS Melompat Seiring Melebarnya Infeksi COVID-19

Petugas menghitung uang pecahan dolar di penukaran uang PT Masayu Agung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot mengalami pelemahan. Hingga sore hari ini nilai rupiah tercatat di Rp15.890. | AKURAT.CO/Dharma Wijayanto
AKURAT.CO Sentimen risiko yang berkurang di tengah melebarnya infeksi COVID-19 memberikan asupan tenaga bagi laju dolar AS. Tampaknya dolar AS menguat akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah tiga hari berturut-turut merugi, dan mata uang berisiko kembali jatuh seiring dengan meningkatkan selera terhadap mata uang safe-haven.
Pasalnya sebagai tempat berlindung yang aman, mata uang AS cenderung naik pada saat ada tekanan keuangan dan ekonomi yang mengakibatkan selera risiko lebih rendah.
Indeks S&P 500 dan Dow bersama dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga lebih rendah, menunjukkan suasana yang umumnya suram di pasar keuangan.
baca juga:
Dolar mengurangi keuntungan dan mata uang berisiko memotong kerugian awal setelah data ekonomi AS yang positif - kenaikan aktivitas pabrik ke level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun pada Januari dan kenaikan tak terduga 0,7 persen dalam penjualan rumah, melansir Antara.
Greenback telah jatuh terhadap sekeranjang mata uang selama tiga sesi beruntun karena optimisme pasar tentang rencana stimulus fiskal Presiden AS Joe Biden mendorong pedagang untuk mencari aset-aset berisiko, menghasilkan keuntungan di mata uang seperti dolar Selandia Baru dan Australia.
Tapi tren itu berhenti pada Jumat (22/1), karena sentimen risiko pasar mundur. Saham global tergelincir dari rekor tertinggi ketika dolar AS stabil, naik 0,1 persen pada hari itu di 90,209.
Namun, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, masih membukukan kerugian mingguan terbesar sejak pertengahan Desember.
"Ada beberapa keragu-raguan di pasar dan sentimen risiko sedikit memburuk," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di firma penasehat mata uang Klarity FX di San Francisco.
"Pasar mungkin akan memperhatikan pertemuan Fed minggu depan, di mana mereka kemungkinan akan sedikit lebih berhati-hati di pasar mengingat peluncuran vaksin yang lebih lambat dan peningkatan virus yang berkepanjangan secara global."