Jangan Beli Saham dengan Utang Jika Masih Pemula

Pengunjung berada di sekitar layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 minus 5,32 persen. Hal tersebut lebih dalam dari konsensus pasar ataupun ekspektasi pemerintah dan Bank Indonesia yang berada di kisaran minus 4,3 persen hingga minus 4,8 persen. | AKURAT.CO/Endra Prakoso
AKURAT.CO Investasi saham kini kian marak di kalangan generasi milenial, bahkan Gen Z sekalipun. Sebab jika dilihat dari sisi positifnya, hal ini sangat bagus untuk masa depan anak-anak muda.
Dengan melek finansial dan sudah mulai berinvestasi, paling tidak ini menandakan sebagian anak-anak muda di Indonesia sudah peduli dengan kesejahteraan di masa tua nanti.
Namun, jika dilihat dari fenomena yang terjadi belakangan ini, sepertinya ada sisi negatif di balik rajinnya anak-anak muda berinvestasi saham. Yaitu fenomena membeli saham dengan berutang!
baca juga:
Umumnya, orang berutang disebabkan karena mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan berutang, mereka berharap harga saham yang dibeli dengan hasil berutang akan naik. Jadi, bunga dari pinjaman nanti bisa ditutup dengan keuntungan capital gain yang didapat.
Pertanyaannya, bolehkah investor pemula berutang demi membeli saham? CFP dari Lifepal, Aulia Akbar, yang dikutip Akurat.co, Rabu (20/1/2021), mengatakan utang untuk membeli saham justru akan menciptakan risiko yang lebih besar. Kenapa?
1. Ada Risiko dalam Berinvestasi
Jadi, dalam berinvestasi ada prinsip high risk, high return. Dalam berinvestasi pula, ada 2 jenis risiko yang harus kamu waspadai. Pertama, risiko sistematis yang merupakan risiko tak dapat dihindari. Misalnya, risiko pasar, tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, dan risiko politik suatu negara.
Sementara, risiko kedua adalah non-sistematis yang merupakan risiko yang bisa dimitigasi dengan diversifikasi. Misalnya, risiko bisnis, bencana alam, dan lain-lain. Dengan beruatang untuk modal investasi, maka risikonya juga akan semaki besar!
2. Nilai Kekayaan Menyusut