Emas Redup, Imbas Dolar AS Cerah

Karyawan menunjukkan logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (23/7/2020). Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada Kamis (23/7) dipatok lebih rendah daripada kemarin. Untuk ukuran 1 gram dibanderol Rp977.000, sedangkan pada posisi kemarin, Rabu (22/7) sempat menyentuh level baru, yakni Rp982.000 yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah. PT Aneka Tambang Tbk. menyatakan penjualan emas di tingkat ritel tetap menggeliat kendati harga emas menyentuh rekor baru. Penjualan secara daring atau online diakui meningkat signifikan dalam tiga bulan terakhir. | AKURAT.CO/Dharma Wijayanto
AKURAT.CO Melonjaknya dolar AS justru membuat harga emas merosot lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Kenaikan kurs dolar membayangi daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi setelah presiden terpilih AS mengusulkan paket stimulus baru 1,9 triliun dolar AS.
Adapun kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi COMEX New York Exchange, jatuh 21,5 dolar AS atau 1,16 persen menjadi ditutup pada 1.829,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (14/1/2021), emas berjangka turun 3,5 dolar AS atau 0,19 persen menjadi 1.851,40 dolar AS per ounce.
Emas berjangka terangkat 10,7 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.854,90 dolar AS per ounce pada Rabu (13/1/2021), setelah merosot 6,6 dolar AS atau 0,36 persen menjadi 1.844,20 dolar AS pada Selasa (12/1/2021), dan melonjak 15,4 dolar AS atau 0,84 persen menjadi 1.850,80 dolar AS pada Senin (11/1/202).
baca juga:
Analis Standard Chartered, Suki Cooper mengatakan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2020 hingga membuat emas lebih melonjak bagi pemegang mata uang lainnya.
"Serangan penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil (obligasi) AS telah memicu koreksi jangka pendek," tutur Suki melansir Antara, Sabtu (16/1/2021).
Menurutnya, pasar emas terjebak diantara pembelian jangka panjang didukung ekspektasi inflasi yang meningkat karena langkah-langkah stimulus. Tetapi penjualan karena dolar telah melambung dan kekhawatiran atas pengurangan pelonggaran kuantitatif (QE) terwujud.
"Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan mendekati level tertinggi 10-bulan yang disentuh awal pekan ini," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Perdagangan derivatif logam dasar dan mulia di BMO Tai Wong menyatakan pemerintahan Biden akan mendukung agenda pengeluaran yang jauh lebih ekspansif dari sebelumnya.
"Tapi sepertinya ketahanan dolar yang terus berlanjut dalam jangka pendek dan kekhawatiran untuk imbal hasil yang lebih tinggi memicu likuidasi stabil dalam emas," imbuhnya.