Pemerintah Bidik Tambahan 4 Smelter Baru Terbangun di 2021

Illustrasi Smelter |
AKURAT.CO Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan selama 2020, sebanyak 19 smelter sudah rampung dibangun. Angka ini ditargetkan akan bertambah menjadi 23 smelter di 2021.
Adapun pemerintah menargetkan jumlah smelter atau fasilitas pemurnian hasil tambang mineral pada tahun 2024 terbangun sebanyak 53 smelter.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Ridwan Djamaluddin mengatakan, nilai investasi dari pembangunan smelter diproyeksikan akan mencapai US$2,228 miliar pada tahun 2021, kemudian meningkat menjadi US$4,883 miliar di 2022, dan US$2,055 miliar pada 2023.
baca juga:
"Smelter-smelter ini dibangun sebagai tindak lanjut dari kewajiban Undang-Undang (UU), sehingga semua mineral harus diolah dan dimurnikan di dalam negeri. Pemerintah berusaha keras untuk itu. Perkembangan ini memang bergeser sedikit dari rencana semula. Karena pandemi COVID-19, badan usaha menyesuaikan rencana kerja mereka dalam pelaksanaan pembangunan smelter, namun dengan target akhir yang masih sama, yakni pada akhir 2023 semuanya harus terbangun dan beroperasi," jelas Ridwan lewat keterangan resminya, Jakarta, Sabtu (16/1/2021).
Sementara untuk hilirisasi batu bara saat ini sudah dilakukan Coal Gasification dan Underground Coal Gasification (UCG) yang masih dalam tahap perencanaan atau pembangunan. Untuk coal upgrading, coal briquetting, dan cokes making saat ini sudah selesai konstruksi.
Selain itu, masih ada potensi hilirisasi batu bara lainnya yang bisa dikembangkan, yakni coal liquefaction dan coal slurry.
"Untuk batu bara, selain pemanfaatan langsung, pemerintah juga memerintahkan badan usaha untuk melakukan hilirisasi batu bara. Ada Coal Gasification, Underground Coal Gasification, Coal Upgrading, Coal Briquetting, Cokes Making, Coal Liquefaction, dan Coal Slurry. Semua ini dalam rangka meningkatkan pemanfaatan batu bara, sekaligus juga menggunakan batu bara dengan cara yang lebih bersih,” paparnya.
Salah satu proyek hilirisasi batu bara yang sudah berjalan cukup maju adalah pengembangan batubara melalui Coal to Dimethyl Ether (DME). Proyek ini dilakukan oleh PT Bukit Asam, bekerja sama dengan Pertamina dan Air Products, di Tanjung Enim dengan target COD tahun 2024.
"Ini semua dilakukan untuk mengurangi impor LPG sebesar 1 juta ton per tahun atau senilai Rp9,2 triliun per tahun apabila kita berhasil menjalankan program ini,” kata Ridwan.