Prancis 2020, Tragedi Charlie Hebdo Berujung Tudingan Islamofobia
Kaleidoskop 2020

Pendukung garis keras Tehreek-e-Labbaik Pakistan berdemo selama protes Anti-Prancis di Karachi, 4 September 2020 | Afif Hassan / AFP
AKURAT.CO, Prancis menjadi salah satu negara yang paling disorot di tahun 2020. Negara ini menarik perhatian atas sikapnya yang membela kebebasan berpendapat, tetapi dinilai Islamofobia oleh banyak negara Muslim.
Dilansir AKURAT.CO dari berbagai sumber berikut fakta-fakta terkait Prancis dan Islamofobia yang menjadi sorotan dunia tahun 2020.
Pemenggalan Guru Prancis yang Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad saat Mengajar Berujung Islamofobia
baca juga:

Masalah ini mencuat saat Prancis kembali menggelar sidang terhadap 14 terdakwa kasus serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo dan sebuah toko Yahudi 5 tahun lalu. Awalnya, Charlie Hebdo menerbitkan karikatur Nabi Muhammad setiap pekan, termasuk salah satu gambar dalam balutan serban berbentuk bom. Satir tersebut tak dianggap sebagai ujaran kebencian lantaran sejalan dengan kebebasan berbicara di Prancis.
Namun, penerbitan ini membuat jaringan al-Qaeda di Yaman memasukkan direktur Charlie Hebdo dalam 'daftar buronan'. Kemudian, pada 7 Januari 2015, terjadi pembantaian di kantor majalah itu yang menewaskan 17 orang. Sebanyak 14 terdakwa menghadapi persidangan pada 2 September 2020. Tiga di antaranya diadili tanpa dihadirkan dan mungkin sudah tiada.
Sementara itu, majalah Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur tersebut, bertepatan dengan persidangan. Presiden Emmanuel Macron pun mengamininya dengan dalih menghormati kebebasan berbicara.
Namun, penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad di tahun 2020 rupanya berujung tragis. Setidaknya 4 orang diserang dengan golok di dekat bekas kantor majalah Charlie Hebdo pada 25 September 2020.

Tak sampai di situ, seorang guru dipenggal kepalanya usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada para muridnya. Guru bernama Samuel Paty itu menggunakan karikatur tersebut untuk mengajarkan kebebasan berekspresi.
Hal ini tentu menuai kemarahan para orang tua siswa yang beragama Islam. Kejadian di ruang kelas itu pun menjadi bahan diskusi mereka yang berupaya memprotes Paty. Namun, entah bagaimana, masalah ini sampai ke telinga Abduallakh Anzorov yang tinggal 80 km jauhnya dari sekolah tersebut dan tak punya hubungan apa-apa dengan komunitas. Anzorov lantas membunuh guru tersebut pada 16 Oktober 2020. Tersangka kemudian ditembak mati oleh polisi saat ditangkap.