Pembangunan Papua Harus Berlanjut dengan Rasa Nasionalisme

Jembatan Holtekamp di Jayapura yang pembangunannya sudah selesai 95 persen akan pemandangan pada PON Papua 2020. | ANTARA/Yulius Satria Wijaya
AKURAT.CO Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Papua dan Papua Barat Willem Frans Ansanay menegaskan bahwa Papua wilayah sah Republik Indonesia dan diakui oleh PBB. Dan, orang asli Papua memegang teguh bahwa kalimat 'bangsa ini tidak akan dibangun oleh bangsa lain, tapi dibangun oleh bangsa sendiri.'
"Dalam membangun nasionalisme ada peninggalan masa lalu yang dipegang orang asli Papua yaitu bangsa ini tidak akan dibangun oleh bangsa lain, tapi dibangun oleh bangsa sendiri," kata Willem, Senin (30/11/2020) pada diskusi " Moya Discussions Grup bertajuk Ilusi 1 Desember" yang diadakan Moya Institute dan WAG Unity in Diversity (UiD).
Kata dia, Papua harus dibangun dengan rasa nasionalisme untuk mengkikis pemikiran -pemikiran bahwa Papua telah merdeka.
baca juga:
"Papua harus dibangun melalui jiwa nasionalisme," katanya.
Pemerhati Papua dan Pakar Politik Internasional Prof. Imron Cotan bahwa Papua bagian dari NKRI. Pernyataan tersebut tanggapan atas adanya sekelompok warga Papua memperingati sebagai Hari Proklamasi West Papua.
Menurutnya, perubahan perbatasan Negara disebabkan beberapa hal diantaranya: Dekolonisasi, perang perbatasan, damai.
"Sementara, yang di Papua itu mereka merasa Dekolonisasi. Dari tiga hal itu, tidak bisa disamakan dengan Papua. Sebab, Papua itu adalah bagian dari NKRI," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, saat ini sedikitnya ada 17 wilayah non self governing terytoris (wilayah yang belum punya pemerintah merdeka).
Diantaranya: Samoa, Bermuda Islan, Virgin, Polinesia, Guam, New Caledonia, Virgin Island Foxland (malvinas di Argentina) dan lainnya. Menurutnya, mereka membawa permasalahannya untuk dibicarakan di Komite Dekolonisasi PBB.