BI Klaim Uang Beredar Pada Oktober 2020 Melonjak, Ini Pemicunya!

Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11/2019). Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan pajak dari Januari hingga Oktober 2019 hanya tumbuh 0,23 persen menjadi Rp1.018,47 triliun atau 64,56 persen dari target APBN 2019 sebesar Rp1.577 triliun. Salah satu penyebab melambatnya penerimaan pajak tersebut, karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata sejak awal tahun ada di Rp14.162, dengan asumsi di APBN 2019 sebesar Rp15.000. | AKURAT.CO/Endra Prakoso
AKURAT.CO Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Oktober 2020 terutama disebabkan oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi.
Dikutip dari keterangan tertulis, Senin (30/11/2020), posisi M2 pada Oktober 2020 tercatat Rp6.780,8 triliun atau meningkat 12,5 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 12,4 persen (yoy).
Peningkatan tersebut disebabkan pertumbuhan M1 sebesar 18,5 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2020 sebesar 18,0 persen (yoy), didorong oleh peredaran uang kartal yang tinggi di masyarakat. Pertumbuhan uang kuasi juga meningkat, dari 10,6 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 10,7 persen (yoy) pada Oktober 2020.
baca juga:
Sementara itu, surat berharga selain saham masih mengalami kontraksi meskipun membaik dari bulan sebelumnya, dari -13,9 persen (yoy) pada September 2020 menjadi -12,1 persen (yoy) pada bulan laporan.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, peningkatan M2 pada Oktober 2020 disebabkan oleh kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat yang meningkat, dari 76,7 persen (yoy) pada September 2020 menjadi 81,6 persen (yoy) pada Oktober 2020.
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 13,9 persen (yoy) pada Oktober 2020, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan September 2020 sebesar 16,7 persen (yoy).
Pertumbuhan kredit pada Oktober 2020 kembali mengalami kontraksi, dari -0,4 persen (yoy) pada September 2020 menjadi -0,9 persd (yoy) pada bulan laporan.
Sekadar informasi, Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk meyakinkan bahwa semua transaksi ekonomi, transaksi keuangan, transaksi sistem pembayaran dipastikan dapat memenuhi kebutuhan dari masyarakat. Hal tersebut juga termasuk kebutuhan uang beredar yang disiapkan oleh BI.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya memastikan kebutuhan uang beredar lebih dari cukup untuk enam bulan ke depan.