Maria Leoni, Sapa Pasar Dubai dan Singapura Lewat Kain Tenun
UMKM Pahlawan Ekonomi

Kain Tenun hasil produksi Maria Leoni yang telah merambah pasar internasional. | Dokumentasi Maria Leoni
AKURAT.CO, Bermukim di desa sentra pengrajin tenun yang ada di Pecangan, Jepara menjadi salah satu alasan bagi Maria Leoni menekuni bisnis kain tenun. Maria Leoni mengaku bisnisnya mulai merambah pasar digital sejak 2009. Kala itu sang suami pertama kali memasarkan produknya melalui situs gratis yang ada di online.
"Lewat situs gratisan terlebih dahulu, terus akhirnya setelah 3 tahun kemudian dengan situs gratisan itu ada pembeli terus akhirnya beralih ke situs berbayar website," ujarnya kepada Akurat.co, Selasa (28/7/2020).
Berbagai produk yang dijualnya terdiri dari kain, taplak meja, syal, baju, celana, sarung bantal, masker hingga gelang tenun. Ia menerangkan sebelum ada pandemi, kain tenun merupakan produk unggulannya. Namun sejak ada wabah COVID-19 permintaan masker, sarung bantal hingga taplak mengalami peningkatan.
baca juga:
"Jadi ya kita mulai produksi itu tapi memang tidak semua kain tenun kita produksi menjadi itu, tapi fokus utama kita di kain," imbuhnya.
Maria Leoni menuturkan kelebihan kain tenun dari tokonya yakni hanya diproduksi 5 lembar kain saja, sehingga pembeli tidak perlu merasa khawatir jika motifnya akan sama dengan yang lain.
"Terus tekniknya juga beda dengan pengrajin lain. Jadi kalau rata-rata pengrajin kan produksi hanya di ikat lungsi atau di ikat pakan. Nah ini double ikat itu diikatnya itu motifnya dibagian lungsi dan juga dibagian pakan. Jadi digabungkan gitu loh mba, double. Kemudian antara lungsi dengan pakan digabungkan dicombain kalau rata-rata penenun lain kan misal hanya ikat lungsi saja atau pakan saja. Salah satu nya saja. Jadi memang kerjanya double. Terus itu skali proses juga hanya 5 lembar karena warna nya juga beda-beda hasilnya. Jadi nanti gaakan kembar, paling kembar maksimal mentok 5," papar Maria.
Adapun harga yang ditawarkan Maria Leoni untuk kain paling mahal Rp800 ribu. Sementara produk yang paling murah yaitu gelang yang dijual Rp10 ribu. Kemudian ada masker Rp15 ribu, Syal mulai dari Rp20 hingga Rp50 ribu, dan Taplak Meja mulai dari Rp75 hingga Rp150 ribu dan banyak lagi produk yang tentunya dijual dengan harga terjangkau.
Lebih lanjut Maria Leoni menyebutkan bahwa sebelum ada COVID-19 omset perbulannya bisa mencapai Rp100 juta. Sementara setelah ada wabah asal Wuhan itu, omsetnya turun 50 persen atau sebanyak Rp50 juta perbulan.
Ia juga telah melakukan ekspor produknya melalui jasa pengiriman pihak ketiga yakni ke Negara Dubai dan Singapura. Sementara secara eceran, toko tenun Maria Leoni juga pernah mengekspor ke berbagai negara lainnya.
Kendati demikian, Maria Leoni mengaku kecewa lantaran banyak jasa printing kain di berbagai tempat. Meski begitu ia tidak memungkiri bahwa kain hasil printing memang sangat jauh lebih murah, daripada harga yang dia tawarkan dengan menjual kain tenun yang asli.
Namun ia menegaskan bahwa mesin printing kain itu biasanya buatan China, bukan asli produk Indonesia seperti yanh dijualnya. Oleh karena itu, ia berharap agar Masyarakat Indonesia bisa bangga dengan msmakai kain tenun yang asli bukan hasil dari printing.
"Ya saya berharapnya orang-orang Indonesia bangga dengan memakai kain tenun yang asli bukan yang printing. Karena kalau prining itu malah biasanya buatan luar negeri, China. Jadikan produk sendiri itu ibaratnya tidak dipakai, tidak ikut dibeli gituloh mba. Saya berharapnya itu, mungkin mulai dari diri kita sendiri, warga Indonesia sendiri. Itu sih harapan terbesar saya," tukasnya.[]