
AKURAT.CO, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengkombinasikan sistem penanaman padi jajar legowo dengan pengembangan mesin penanam padi (transplanter) otomatis. Menurut salah anggota tim tersebut, Liza Rusdiyana, di Indonesia, penanaman padi masih mengandalkan tenaga manusia yang memiliki banyak kekurangan. Mulai dari upah tenaga kerja yang tinggi, hingga hasil penanaman yang kurang optimal.
Atas dasar itu, menurutnya diperlukan adanya otomasi dalam proses penanaman padi. Mesin penanam padi (transplanter) otomatis ini bisa menanam padi dengan sistem jajar legowo 2:1. Di mana sistem penanaman ini fokus pada peningkatan hasil produksi padi dengan memberikan efek tanaman pinggir.
"Kalau menanam padi itu, yang pinggir pasti akan banyak padinya. Karena sirkulasi udara dan intensitas cahaya mataharinya bagus," kata Liza yang juga merupakan dosen Departemen Teknik Mesin Industri, dilansir dari laman resmi ITS, Rabu (8/12/2021).
baca juga:
Lebih lanjut, Liza menjelaskan, berdasarkan uji coba dengan sistem jajar legowo 2:1, dapat meningkatkan hasil panen padi sebesar 40 persen. Dalam penanaman padi seluas seperempat hektar, jumlah panen padinya mampu bertambah sebanyak tiga hingga empat kuintal.
"Hal ini bisa terwujud karena berkurangnya hama tikus dan pemberian pupuk, pembuangan gulma, dan perawatan yang mudah. Dengan menggunakan jajar legowo 2:1, tanaman lebih teratur, sehingga tikus jadi jarang dan perawatannya mudah sekali," jelas Liza.
Perbedaan transplanter yang beredar di pasaran dengan yang dikembangkan oleh ITS terletak pada dimensinya. Di mana transplanter yang ada di pasaran memiliki dimensi besar, sehingga sulit digunakan di sawah yang berada di daerah lereng. Selain itu, sistem penanamannya juga masih menggunakan jajar legowo 4:1. Sementara, yang dikembangkan oleh ITS sejak tahun 2020 ini memiliki dimensi yang lebih kecil. Dengan begitu, dapat digunakan di sawah yang berliku-liku. Dimensi yang kecil ini pun dapat membuat mesin tidak mudah ambles saat digunakan di tanah sawah yang becek.
Saat ini, transplanter tersebut sedang dalam tahap pengembangan, supaya bisa dioperasikan secara otomatis menggunakan pengendali jarak jauh untuk mengurangi jumlah tenaga kerja. Dengan didukung microcontroller, transplanter ini akan bisa menanam padi dengan sendirinya.
Transplanter ini akan digunakan oleh Komunitas Petani Nahdlatul Ulama (NU) cabang Jatirejo, Mojokerto. Dengan memanfaatkan sistem jajar legowo 2:1 dan transplanter otomatis ini, efisiensi dan efektivitas kerja dari para petani akan meningkat.
"Dengan begitu, dapat memotivasi para petani lainnya untuk berpikir secara progresif dan bisa memanfaatkan berbagai teknologi yang ada," tutur Liza.
Selama proses pengembangan transplanter ini, menurut Liza masih terdapat berbagai hambatan. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, permasalahan utama terletak pada bagaimana membuat microcontroller-nya bisa berjalan secara otomatis.
"Sensitivitas sensor yang masih kurang menyebabkan mesin tidak bisa berjalan lurus secara sempurna. Faktor sensor yang terendam tanah juga jadi penyebabnya. Akibatnya transplanter suka belok-belok sendiri," ujar Liza.
Hingga beberapa bulan kedepan, pengembangan transplanter akan terus dilakukan. Terlebih saat musim hujan ini, uji coba transplanter bisa dilakukan dengan maksimal. Mengingat, microcontroller ini harus banyak dilakukan uji coba supaya bisa bekerja dengan baik saat dioperasikan.[]