
AKURAT.CO, Terobosan besar disiapkan oleh calon ketua umum PSSI, Doni Setiabudi. CEO Bandung Premier League (BPL) itu menginginkan agar terdapat operator penyelenggara kompetisi berbadan hukum di tiap provinsi di Indonesia.
Menurut Doni, tugas PSSI dalam mengurus kompetisi sepakbola nasional sejatinya bukan hanya liga profesional saja. Ia menilai bahwa kompetisi amatir juga perlu diperhatikan.
"Sepakbola kita tidak hanya di lingkup profesional. Ada suatu sepak bola yang sangat jarang disentuh, yakni sepak bola amatir, yang berkaitan dengan asprov (asosiasi provinsi). Kita tahu asprov salah satu voter dengan 34 provinsi," ujar Doni Setiabudi dalam orasi politiknya di Kaukus Sepakbola Nasional di MyTen Senayan Park, Jakarta, Senin (13/2).
baca juga:
"Taruhan saya adalah voter ke depannya itu mempunyai PT Liga Indonesia Baru (LIB) sendiri. Yang bisa dibilang ada PT LIB sendiri di tiap provinsi."
Dijelaskan Doni, operator penyelenggara seperti PT LIB diperlukan di setiap provinsi agar kompetisi di daerah-daerah bisa berjalan lebih baik karena dikelola secara serius.
Pria yang akrab disapa Kang Jalu itu mencontohkan salah satu provinsi, yakni Jawa Barat, yang merupakan wilayah ia bernaung, merasa bahwa kompetisi amatirnya tidak bisa berjalan maksimal.
"Karena apa? Mereka hanya menjalankan kompetisk yang rutin, yang wajib. Liga 3, Piala Soeratin, liga perempuan. Ketiga elemen kompetisi ini hanya digelar ala kadarnya, karena keterbatasan anggaran," terang dia.
"Pertama, asprov memang kurang sumber daya untuk menjalankan kompetisi. Makanya, saya menyarankan pada asprov bikin yang namanya PT kompetisi seperti LIB. Jadi dia nanti mengatur seluruh kompetisi."
Lebih jauh, Doni Setiabudi mengatakan bahwa kepercayaan pelaku sepakbola terhadap Asprov PSSI saat ini sangat kurang. Hal itu bisa terlihat di mana banyak klub-klub atau sekolah sepakbola (SSB) yang lebih memilih ikut kompetisi binaan swasta, alih-alih bentukan Asprov.
"Banyak liga swasta yang pengelolaannya jauh lebih berhasil daripada asprov. Seperti (Liga) Topskor yang bayar mahal, liga saya (Bandung Premier League) juga bayar mahal. Tetapi ketika mereka mau daftar di liga asprov, bayar sejuta dua juta, mereka ngeluh. Artinya apa? Tidak ada kepercayaan terhadap kompetisi di asprov," tandasnya.[]