Lifestyle

Wae Rebo, Wisata Desa Adat Unik Nan Indah Bak Surga Di Atas Awan

Wae Rebo, Wisata Desa Adat Unik Nan Indah Bak Surga Di Atas Awan
Desa Wae Rebo, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (Dok. Google Maps/Rockbelz)

AKURAT.CO, Wae Rebo adalah sebuah kampung atau desa tradisional yang terletak di dusun terpencil tepatnya di Kabupaten Manggarai, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini terkenal dengan sebutan kampung di atas awan karena terletak di ketinggian 1000 mdpl dikelilingi oleh perbukitan yang asri. 

Wae Rebo dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 menyisihkan 42 negara lain dalam acara Asia Pacific Heritage Award, menyandang predikat sebagai Top Award Of Excellences.

Meski lokasinya berada jauh dari keramaian dan sulit terjangkau, Wae Rebo sangat terkenal terutama oleh wisatawan asing negara-negara di Eropa karena desain arsitekturnya yang memiliki daya tarik tinggi. 

baca juga:

Hasil kerajinan tangan warga, hasil kopi, vanili dan kulit kayu manis laris sebagai barang cenderamata yang dibawa pulang oleh wisatawan dengan harga yang memuaskan. Tentu saja, penilaian atas Desa Wae Rebo mempertimbangkan dari semua aspek, terutama nilai warisan budaya yang masih tetap lestari, dari zaman dahulu sampai sekarang.

Fakta Desa Wae Rebo

Desa Wae Rebo bisa dikatakan sebagai desa yang sangat indah. Desa yang masih sangat tradisional ini pun memiliki banyak hal unik, menarik dan sejumlah fakta lainnya. 

Dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (3/2/23) berikut ini fakta mengenai Desa Wae Rebo.

Salah satu desa paling tinggi di Indonesia

Desa Wae Rebo
Desa Wae Rebo tampak dari atas bukit (Dok. Indonesia Kaya) 

Wae Rebo disebut sebagai desa tertinggi yang dimiliki Nusantara karena terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut. Setiap pagi, desa ini diselimuti oleh kabut yang perlahan akan turun.

Udaranya sangat sejuk dan dingin, pemandangan alam pun sangat menakjubkan.

Desa Wae Rebo
Desa Wae Rebo diselimuti kabut pagi hari (Dok. Google Maps/IcaN)

Karena lokasinya yang berada pada ketinggian, untuk mencapai Desa Wae Rebo harus melakukan trekking selama dua hingga tiga jam melalui medan yang cukup sulit. Jika ingin mengunjungi desa ini disarankan untuk menyewa jasa guide sebagai penunjuk jalan dan juga usahakan untuk bermalam di Wae Rebo selain untuk menikmati keindahannya lebih lama.

Hanya ada tujuh rumah dan berbentuk Mbaru Niang

Wae Rebo, Wisata Desa Adat Unik Nan Indah Bak Surga Di Atas Awan - Foto 3
Rumah adat Mbaru Niang (Dok. Kemendikbud)

Hal unik yang menarik perhatian adalah hanya terdapat tujuh rumah di Desa Wae Rebo, dikenal dengan nama Mbaru Niang. Rumah adat ini sangat langka, memiliki lima lantai dengan bentuk yang sangat unik menyerupai lumbung kerucut dengan atap yang dibuat dari material daun lontar dan tertutup dengan ijuk setinggi 15 meter. 

Angka tujuh yang terkait dengan jumlah rumah Mbaru Niang ini tidak ditentukan secara asal. Angka tersebut punya makna yang begitu sakral, yaitu sebagai bentuk penghormatan pada tujuh titik arah gunung yang berada di kawasan tersebut. Masyarakat setempat percaya, tujuh gunung tersebut berperan sebagai pelindung desa.

Bangunan rumah adat Mbaru Niang selalu dilestarikan dan dijaga dengan baik oleh penduduk desa. Bahkan, rumah tersebut telah ada sebelum memasuki abad ke-18 dan sudah dihuni oleh penduduk setempat secara turun-temurun. Setiap rumah terdiri dari 5 lantai dengan banyak ruangan yang berbeda fungsinya.

Lantai pertama rumah adat merupakan ruang luhur yang dijadikan area tempat tinggal sekaligus tempat untuk berkumpul anggota keluarga. 

Di lantai dua terdapat lobo atau loteng yang dimanfaatkan untuk menyimpan berbagai benda kebutuhan sehari-hari sekaligus bahan persediaan makanan.

Pada lantai ketiga, ada ruangan yang dipakai khusus sebagai tempat penyimpanan benih tanaman pangan. Ruangan di lantai ini disebut dengan lentar. 

Lantai keempat dipakai untuk lempa rae, ruangan yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan ketersediaan bahan pangan untuk berjaga-jaga apabila desa mengalami kekeringan.

Terakhir, di lantai lima, terdapat ruang hekang kode yang dipakai untuk meletakkan sesajen untuk leluhur.

Masing-masing rumah ditinggali sekitar enam sampai delapan keluarga. Setiap wisatawan yang berkunjung ke Wae Rebo akan disambut dalam satu rumah adat yang memang khusus disediakan untuk para tamu. Kamu akan disuguhi Kopi Flores yang begitu terkenal dengan kenikmatannya. 

Tidak ada penginapan di sekitar desa, jadi kamu bisa bermalam di rumah Mbaru Niang jika berkunjung ke sana. Sementara sisi bawah dari atap tadi menjulur sampai hampir bersentuhan dengan tanah. Bentuk kerucut dari rumah adat ini diartikan sebagai simbol persatuan dan perlindungan masyarakat desa.

Memiliki hari spesial dan upacara khusus

Upacara adat penti Desa Wae Rebo
Upacara adat Penti (syukuran tahun baru) di Wae Rebo (Twitter/@iimmanshur)

Penduduk di Desa Wae Rebo masih menjunjung tinggi adat, mereka memiliki upacara perayaan khusus, yaitu Upacara Adat Penti yang dilakukan pada bulan November. Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dari penduduk setempat karena telah memeroleh hasil panen yang berlimpah.

Masyarakat juga mengharapkan adanya perlindungan dan keharmonisan saat perayaan dilangsungkan.

Jika kamu mengunjungi Wae Rebo tepat pada momen perayaan, kamu akan mendapati penduduk setempat memakai pakaian adat beserta semua aksesorisnya. Tak hanya itu, kamu juga bisa melihat secara langsung jalannya upacara adat dengan berbagai atraksi menarik. 

Didirikan pada tanah datar

Wae Rebo, Wisata Desa Adat Unik Nan Indah Bak Surga Di Atas Awan - Foto 4
Rumah adat berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar (Dok. Indonesia Kaya)

Rumah adat Mbaru Niang secara keseluruhan dibangun pada tanah datar. Ketujuh rumah tersebut didirikan dengan mengelilingi Compang atau altar yang menjadi pusat dari tujah bangunan rumah adat. Nama setiap rumahnya mengacu kepada nama para leluhur.

Altar atau Compang tersebut berfungsi sebagai tempat masyarakat menyembah Tuhan dan roh para leluhur (tempat keramat).

Penduduk Wae Rebo keturunan Minang

Desa Wae Rebo
Kehidupan masyarakat Desa Wae Rebo (Dok. Google Maps)

Walaupun terletak di NTT, tetapi ternyata warga desanya adalah keturunan Minang dari Sumatera Barat. Awalnya nenek moyang Wae Rebo, Empo Maro berasal dari Minangkabau yang merantau ke Flores dan berpindah-pindah tempat tinggal hingga akhirnya menetap di kawasan yang sekarang menjadi Desa Wae Rebo ini.  Walaupun mereka merupakan keturunan Minang, namun nama-nama penduduknya tidak seperti nama orang Minang kebanyakan.

Itulah keindahan serta keunikan Desa Wae Rebo, gimana, kalian tertarik untuk mengunjunginya?