Lifestyle

Berawal dari Susah Makan, Sang Anak Didiagnosis SPD

Berawal dari Susah Makan, Sang Anak Didiagnosis SPD
Anak menangis karena tidak mau makan (Pixabay)

AKURAT.CO  Viral di TikTok, seorang ibu bercerita bahwa anaknya menderita Sensory Processing Disorder (SPD). 

Dia pun mengatakan bahwa gejala awal yang dialami oleh sang anak adalah sulit makan.

Dalam akun TikTok @euniketika, ibu bernama Eunika Kartika ini menceritakan saat-saat dirinya berusaha untuk membuat sang anak untuk makan. Namun, hal ini tidak berhasil.

baca juga:

"Sebenarnya dulu bukan curiga SPD. Tapi lebih mencari tahu kenapa anakku tuh susah makan," ujar Eunika melalui video TikTok dikutip pada Rabu (17/8/2022).

"Untuk bisa bikin dia makan, aku tuh dulu sudah gonta ganti sendok. Kayaknya sendok sudah ada deh lebih dari selusin di rumah aku. Terus ganti metode cara makan, terus juga ganti-ganti peralatan makan, bahkan aku tuh bikin bento kayak nasi aku bentuk jadi bentuk beruang," sambungnya.

Tak hanya itu, Eunika bahkan mengkreasikan makan, seperti membuat buah apel menyerupai kelinci. 

Dia juga mengikuti saran orang-orang untuk menambahkan bawang ke makanan anaknya.

Seluruh usaha Eunika tak membuahkan hasil. Kemudian Eunika mencari tahu sendiri tentang kondisi sang anak karena berat badannya sudah di bawah rata-rata anak seusianya

"Jadi gangguan awalnya tuh ya dari gangguan makan itu. Abis itu kan googling terus-terusan sampai akhirnya waktu dia usia 12 bulan, aku ketemu artikel di luar negeri, yaitu Sensory Processing Disorder. Dari situ barulah aku lihat kok ciri-cirinya mirip sama anak aku," jelas Eunika.

Eunika pun berkonsultasi dan membawa sang anak ke psikolog terlebih dahulu. Namun, kekhawatiran Eunika pun terjawab.

"Jadi waktu itu psikolognya nanya sama aku. Pernah dengan istilah SPD gak? Sensory Processing Disorder. Oh ya sudah abis itu aku langsung kayak 'deg' gitu di hati oh ternyata kecurigaan aku selama ini itu benar bahwa anak aku itu SPD," paparnya.

Lebih lanjut, dalam video lainnya Eunika mengaku sang anak baru terdeteksi pada usia 20 bulan. Menurutnya, kalau para orang tua mengetahui ciri dan gejala SPD, pastinya akan terdeteksi lebih cepat.

"Dari situ aku juga baru tahu ternyata gejala-gejala yang selama ini anakku alami itu ternyata sudah bisa menunjukkan SPD. Jadi kalau kita sebagai orang tua lebih aware soal gejala-gejala ini, sebenarnya kedeteksinya bisa dari usia yang lebih muda," ungkap Eunika.

Walau dulu sempat susah makan, kini melalui terapi dan berulang kali konsultasi ke psikolog, anak dari Eunika sudah bisa makan beberapa makanan. Ini diketahui dari unggahannya di Tik Tok

Diketahui, Sensory Processing Disorder (SPD) adalah suatu kondisi di mana otak mengalami kesulitan menerima dan merespon informasi yang masuk melalui indera, Bunda. 

Beberapa orang dengan SPD terlalu sensitif terhadap hal-hal di lingkungan mereka, mulai dari suara yang umum tapi bagi mereka menyakitkan, hingga sentuhan ringan pada kemeja bisa membuatnya lecet.

Bahkan, anak dari Eunika selalu menangis sesudah mandi karena mandi menggunakan shower yang menghasilkan pancuran, pancuran ini menyakitkan badan sang anak. 

Jika SPD pada anak tidak diterapi, bisa menjadi penyebab seseorang dewasa alami ADHD karena gangguan sensorik sejak kecil. SPD ini juga bisa diidap oleh orang dewasa karen bebagai faktor.

Dilansir dari laman Medical News Today, gejala utama SPD pada anak dan orang dewasa adalah pemprosesan informasi sensorik yang tidak tepat. 

Tak hanya itu, biasanya SPD menghasilnya sensitivitas yang berlebihan atau kurang terhadap sensasi

Anak-anak atau orang dewasa yang mengalami sensorik berlebihan bisa menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

Kewalahan menghadapi orang atau suatu tempat

Sangat mudah terkejut

Sulit dengan lampu yang terang

Menghindari kontak dengan orang lain

Bereaksi kuat terhadap bau, suara, atau tekstur.

Jika anak atau orang dewasa mengalami gejala ini, bisa juga susah makan seperti anak dari Eunika. Secepatnya, berkonsultasi ke Psikolog.