AKURAT.CO Sejumlah wilayah di Indonesia sebulan ke depan akan mengalami fenomena astronomi ekuiluks. Secara singkat, ekuiluks merupakan fenomena astronomis ketika panjang siang tepat sama dengan panjang malam, yakni sama-sama 12 jam. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ada 39 wilayah yang akan mengalami fenomena ekuiluks ini.
Fenomena ekuiluks di Indonesia terjadi mulai dari tanggal 20 Januari 2022 hingga 26 Februari 2022. Waktu terjadinya fenomena tersebut di setiap daerah berbeda-beda. Dalam setahun fenomena ini bisa terjadi sebanyak dua kali. Di mana selanjutnya, fenomena ini terjadi pada 15 Oktober hingga 18 November.
Ekuiluks ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, pekan, bahkan beberapa bulan sebelum atau setelah ekuinoks. Melansir laman Edukasi Sains Antariksa, ekuinoks sendiri merupakan fenomena astronomis ketika lintasan semu harian Matahari berimpit dengan garis katulistiwa.
baca juga:
Hal tersebut akan membuat Bumi menjadi tegak dan tidak ada belahan Bumi tertentu yang condong ke Matahari. Dengan begitu garis batas siang-malam (terminator) berimpit dengan garis bujur geografis bumi. Ketika ekuinoks, durasi siang lebih panjang dibandingkan dengan durasi malam. Sementara ekuiluks terjadi beberapa hari, pekan, dan beberapa bulan sebelum atau sesudah Ekuinoks. Ekuiluks juga tidak mungkin terjadi ketika ekuinoks.
Ekuiluks hanya fenomena astronomis biasa, tidak berdampak apapun ke kehidupan manusia. Meskipun demikian, secara praktis, langit akan mulai tampak terang ketika terjadi aram beberapa menit sebelum Matahari terbit (sebagai fajar) maupun beberapa menit setelah Matahari terbenam (sebagai senja).
Aram ini terjadi karena pembiasan sinar Matahari oleh atmosfer Bumi, sehingga saat Matahari terbenam, langit tidak seketika gelap dan menjelang Matahari terbit, langit tidak seketika terang.
Adapun 39 wilayah yang akan mengalami fenomena ekuiluks ini, terdiri dari tiga ibu kota provinsi dan 36 kota di provinsi berbeda. Berikut ini adalah daftar lengkap wilayahnya.
- Subulussalam (NAD): 20 Januari
- Sidikalang (Sumatra Utara): 24 Januari
- Tanjungselor (Kalimantan Utara): 27 Januari
- Pulau Subi (Kep. Riau): 28 Januari
- Pematangsiantar (Sumatra Utara): 29 Januari
- Kisaran (Sumatra Utara): 30 Januari
- Tanjungbalai (Sumatra Utara): 30 Januari
- Anambas (Kepulauan Riau): 31 Januari
- Kabanjahe (Sumatra Utara): 2 Februari
- Berastagi (Sumatra Utara):4 Februari
- Tapaktuan (Sumatra Utara): 5 Februari
- Tebingtinggi (Sumatra Utara) : 6 Februari
- Tarakan (Kalimantan Utara): 6 Februari
- Kutacane (NAD): 9 Februari
- Deli Serdang: 9 Februari
- Tanjungmorawa: 9 Februari
- Lubukpakam (Sumatra Utara): 9 Februari
- Medan (Sumatra Utara): 10 Februari
- Binjai (Sumatra Utara): 10 Februari
- Tahuna (Sulawesi Utara): 10 Februari
- Blangpidie (NAD) : 12 Februari
- Stabat (Sumatra Utara): 12 Febuari
- Pulau Natuna (Kepulauan Riau): 13 Februari
- Pangkalanbrandan (Sumatra Utara): 14 Februari
- Blangkejeren (NAD): 14 Februari
- Melongguane (Sulawesi Utara): 15 Februari
- Meulaboh (NAD): 16 Februari
- Nunukan (Kalimantan Utara): 17 Februari
- Langsa (NAD): 18 Februari
- Takengon (NAD): 20 Februari
- Dampulis (Sulawesi Utara) : 21 Februari
- Benermeriah (NAD): 21 Februari
- Lhoksumawe (NAD): 23 Februari
- Bireuen (NAD): 23 Februari
- Sigli (NAD): 24 Februari
- Jantho (NAD): 24 Februari
- Banda Aceh (NAD): 25 Februari
- Miangas (Sulawesi Utara): 25 Februari
- Sabang (NAD): 26 Februari.