
AKURAT.CO, Sebagai negara yang relatif tenang di kawasan konflik, peristiwa yang terjadi di Yordania selama akhir pekan ini termasuk yang paling dramatis dalam beberapa dekade. Sekitar 15 orang ditahan atas tuduhan rencana mengancam kestabilan negara. Mantan Putra Mahkota Hamzah bin Al-Hussein pun mengklaim dijadikan tahanan rumah.
Menurut otoritas, Hamzah berkolusi dengan pihak asing untuk mengguncang Yordania. Namun, hal itu dibantah sang pangeran dan mengklaimnya sebagai pembungkaman kritik terhadap pemerintah. Lantas, apa yang terjadi sebenarnya?
Dihimpun AKURAT.CO dari berbagai sumber, ini 5 fakta sengkarut kerajaan Yordania.
1. Mantan putra mahkota disekap

Pada Sabtu (3/4) Pangeran Hamzah merilis rekaman video berbahasa Arab dan Inggris yang mengejutkan bangsa. Ia mengklaim dijadikan tahanan rumah, dilucuti keamanannya, dan diputus komunikasinya. Tak hanya Pangeran Hamzah, setidaknya 15 orang, termasuk mantan penasihat Raja Abdullah dan anggota keluarga kerajaan lainnya, telah ditangkap.
Mantan putra mahkota itu lantas merilis rekaman video kedua. Dalam video itu, ia bersumpah tak akan mematuhi pembatasan yang diberlakukan padanya.
2. Dituding rencanakan kekacauan

Penangkapan itu diduga akibat kritik pedas yang dilontarkan Pangeran Hamzah kepada kakak tirinya, Raja Abdullah II. Gerutunya itu merupakan tantangan paling eksplisit dan berprofil tinggi terhadap wewenang raja dalam 22 tahun pemerintahannya. Ia menyebut kesejahteraan warga Yordania dinomorduakan, sedangkan kepentingan pribadi, finansial, serta korupsi lebih dipentingkan oleh pemerintah.
Warga Yordania terbiasa mendengar keluhan ini dari orang biasa. Namun, jarang ada bangsawan terkemuka menggemakannya. Selain itu, Hamzah sempat mengunjungi para pemimpin suku, di mana ia dikatakan telah mendapat sejumlah dukungan.
Pada Minggu (4/4), Wakil Perdana Menteri Ayman Safadi mengatakan pangeran telah berhubungan dengan pihak asing untuk mengacau negara dan telah dipantau selama beberapa lama. Pangeran juga dituding berusaha memobilisasi para pemimpin klan untuk melawan pemerintah. Menurut Safadi, otoritas telah mencoba mencegahnya sebelum mengambil langkah hukum terhadapnya. Namun, Pangeran Hamzah menanggapinya secara negatif.
3. Mengingatkan kembali 'drama' pewaris takhta
baca juga:

Pangeran Hamzah adalah putra sulung mendiang Raja Hussein dengan istri kesayangannya, Ratu Noor. Ia menjadi kesayangan ayahnya dan dipersiapkan untuk menjadi penggantinya sebagai raja Yordania.
Namun, menjelang ajalnya pada 1999, Raja Hussein mengubah rencana suksesi negara dengan menunjuk Abdullah, putra sulung dari pernikahan keduanya, sebagai pewaris takhta. Pasalnya, Pangeran Hamzah dianggap masih terlalu muda untuk bertakhta. Ia pun dinobatkan sebagai putra mahkota. Namun, gelar putra mahkotanya dicabut oleh Raja Abdullah pada 2004. Lima tahun kemudian, sang raja menobatkan putranya sendiri, Pangeran al-Hussein, sebagai pewaris takhtanya.
Di sisi lain, Pangeran Hamzah menjadi terkenal karena sangat mirip dengan mendiang ayahnya. Ia lantas mendapat banyak dukungan dari suku-suku Yordania. Kelompok-kelompok itu berfungsi sebagai tulang punggung monarki. Kunjungan rutin pangeran ke sana dalam beberapa bulan terakhir pun diduga menyebabkan ketegangan di kerajaan.
4. Ketidakstabilannya mengancam keamanan regional

Selama beberapa dekade, Yordania berhasil selamat dari perang dan kerusuhan yang mengepungnya. Stabilitas dan keteguhannya dijadikan landasan negara yang akan memperingati kemerdekaannya ke-100 tahun pada akhir bulan ini. Penentangan terhadap bangsawan juga jarang terjadi. Orang Yordania pun biasanya menghindari kerusuhan dalam negeri.
Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat (AS), telah mengandalkan negara strategis ini sebagai mitra diplomatik, militer, dan kontraterorisme selama bertahun-tahun. Yordania juga memiliki salah satu perjanjian perdamaian yang paling lama berjalan dengan Israel, terkait pertahanan dan intelijen.
Jika Yordania tergelincir ke dalam kekacauan, peran pentingnya dalam keamanan regional dapat berubah drastis. Jika raja Yordania digulingkan, akan terjadi efek domino transnasional yang dapat mengancam monarki lainnya di wilayah tersebut.
5. Tahun terburuk bagi pemerintah Yordania

Saat ini menjadi masa terburuk bagi Yordania. Kaum mudanya diliputi kemarahan atas memburuknya ekonomi yang kemudian diperburuk oleh pandemi. Tingkat pengangguran dan kemiskinan telah mencapai rekor tertinggi. Dugaan korupsi dan salah urus negara dianggap sebagai biang keroknya.
Ketidakpuasan tersebut pun mendorong warga turun ke jalan. Hal ini ditambah pula dengan insiden meninggalnya 8 orang akibat gangguan pasokan oksigen di rumah sakit umum di Kota Salt. Tak pelak, pemerintah dianggap lalai. Di tengah meletupnya aksi protes, Pangeran Hamzah tampil di depan umum dengan melontarkan kritiknya terhadap korupsi. Tak ayal, ia bagai menyiram bensin ke dalam api.
Hamzah dan Raja Abdullah sama-sama populer, sehingga dunia maya dipenuhi perdebatan warganet yang membandingkannya. Banyak warganet membela Raja Abdullah di media sosial. Sementara itu, Hamzah tidak mengantongi dukungan kelembagaan yang kasat mata, tetapi penahanannya menunjukkan bahwa ia mampu membuat pemerintah merasa gugup.
Konflik ini mendorong raja untuk meminta pamannya, Pangeran Hassan, membantu menyelesaikan ketegangan melalui mediasi. Pada Senin (5/4), beberapa jam setelah mediasi, istana merilis surat yang ditandatangani oleh Pangeran Hamzah. Dalam surat tersebut, mantan pewaris takhta itu menyatakan ia bersumpah setia kepada raja dan berkomitmen pada konstitusi Kerajaan Yordania yang terhormat.[]