
AKURAT.CO Manusia merupakan makhluk paling sempurna di antara lainnya yang diciptakan oleh Allah SWT. Kendati demikian dibalik kesempurnaan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, manusia pada dasarnya seringkali lalai dan lupa. Bahkan nantinya cenderung melakukan kerusakan.
Sifat-sifat manusia di atas pernah diungkit oleh malaikat saat Allah akan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi yang dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 30. Memang banyak orang yang mengatakan bahwa manusia itu gabungan antara malaikat dan jin. Jadi se-taqwa-taqwanya makhluk pasti dari jenis manusia. Begitu juga sebaliknya.
Bukan jin atau malaikat yang diciptakan terlebih dulu yang diperintahkan untuk mengatur bumi, tetapi manusia. Berarti jelas manusia lebih unggul dari pada kedua jenis makhluk-Nya Allah tersebut. Maka pantas saja, Allah memberi amanah besar kepada manusia untuk menghidupkan bumi dengan kalimat Tauhid. Mengatur, menghidupkan dan meramaikan bumi dengan kalimat Tauhid inilah Allah SWT senantiasa mengawasi manusia. Hal ini merupakan bentuk perhatian Allah kepada manusia. Di lain sisi, supaya manusia tak dijerumuskan oleh iblis atau musuh Allah yang lain dalam mengemban amanahnya itu
baca juga:
Terdapat tiga cara Allah SWT dalam mengawasi manusia. Pengawasan ini berlangsung setiap detik atau setiap hembusan nafas. Jadi pengawasan ini akan terus sepanjang waktu sampai manusia sudah hilang waktu hidupnya. Berikut dalil-dalil mengenai 3 cara Allah mengawasi manusia sebagaimana tertuang dalam ayat-ayat dibawah ini:
1. Pengawasan Langsung.
Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Walaupun kita sebagai hambanya tidak bisa melihatNya, namun yakin bahwa bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam.
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Artinya: “Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, kecuali Dialah yang keempatnya dan tidak ada lima orang, kecuali Dialah yang keenamnya. Tidak kurang dari itu atau lebih banyak, kecuali Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia memberitakan apa yang telah mereka kerjakan kepada mereka pada hari Kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujaddalah: 7).
Bahkan Dia Allah sangat dekat dengan kita:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖوَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ
Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16)
2. Pengawasan Melalui Malaikatnya.
اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ
Artinya: “(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.”(QS. Qaf: 17).
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita.
وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ
Artinya: “Diletakkanlah kitab (catatan amal pada setiap orang), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya.” Mereka mendapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 49).
3. Pengawasan Melalui Diri Manusia Sendiri.
Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita manusia itu sendiri. Ketika kelak nanti meninggal dan telah tiba saatnya maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan kesaksian sebenarnya.
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: “Pada hari ini Kami membungkam mulut mereka. Tangan merekalah yang berkata kepada Kami dan kaki merekalah yang akan bersaksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Yasin: 65).[]