
AKURAT.CO Indonesia dikenal sebagai negara dengan kebudayaan yang sangat beragam, salah satunya adalah tradisi menyambut Ramadan. Sebagai negara yang diketahui memiliki populasi muslim yang besar, Indonesia tentu memiliki berbagai cara dalam menyambut bulan yang identik dengan puasa dan hari raya.
Beberapa Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia

Tidak heran jika masyarakat muslim di Indonesia menyambut dengan cara yang beragam karena adanya perbedaan latar belakang, budaya, bahasa, dan kesenian. Ada pula akulturasi dari berbagai budaya dan agama yang semakin memperkaya tradisi di Indonesia. Dari perayaan yang sederhana hingga besar-besaran, berikut kumpulan tradisi dalam menyambut Ramadan.
1. Munggahan

Munggahan berasal dari tanah Sunda dengan memiliki arti "sampai ke", Masyarakat Sunda memaknai Munggahan sebagai sampainya mereka di bulan Ramadan. Oleh sebab itu, tradisi ini biasanya dilakukan pada seminggu atau dua minggu sebelum bulan puasa untuk berkumpul bersama orang-orang terkasih
baca juga:
Sudah ada sejak masuknya ajaran Islam di tanah Sunda, Munggahan dilaksanakan dengan botram atau makan bersama, saling meminta maaf, bersilahturahmi ke rumah keluarga serta kerabat dan melakukan bebersih di tempat ibadah dan makam keluarga. Munggahan sebagai tradisi menyambut ramadan juga menyampaikan rasa syukur kepada Allah serta upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
2. Meugang

Meugang adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh. Tradisi menyambut ramadan ini lahir sejak masa Kerajaan Aceh, yakni sekitar tahun 1607-1636 Masehi. Kala itu, Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah besar dan membagikan dagingnya kepada seluruh rakyat Aceh sebagai ungkapan rasa syukur dan tanda terima kasih kepada rakyatnya.
Tradisi ini pun mulai mengakar di antara masyarakat dan dilaksanakan dalam menyambut hari-hari besar umat Islam hingga saat ini. Meugang dilakukan sebagai tradisi menyambut Ramadan dengan memasak daging dalam jumlah besar dan menyantapnya bersama keluarga, kerabat, dan anak-anak yatim piatu. Tak jarang daging yang sudah dimasak dibagikan masjid untuk dimakan oleh tetangga dan warga lain, sehingga semua orang dapat merasakan kebahagiaan melalui sedekah dan kebersamaan.
3. Balimau

Tradisi menyambut Ramadan yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, ini memiliki makna untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan yang suci. Balimau dilakukan di aliran sungai atau tempat pemandian dengan menggunakan jeruk nipis karena msayarakat terdahulu belum mengenal sabun mandi.
Balimau dilakukan dengan mengguyurkan air yang sudah dicampur dengan jeruk nipis, rempah-rempah, dan ramuan bunga ke sekujur badan. Menggosok seluruh bagian badan hingga dirasa sampai bersih. Tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan juga menjadi ajang silaturahmi.
4. Nyorog

Nyorog adalah tradisi menyambut Ramadan yang dilakukan rutin setiap tahunnya oleh masyarakat Betawi. Tradisi ini dilakukan dengan membagikan bingkisan yang berisikan makanan siap saji, seperti sayuran, lauk, nasi, dan lainnya. Bergesernya jaman, isi dari bingkisan ini berubah menjadi makanan atau bahan pokok, seperti kopi, gula, sirup, dan biskuit.
Umumnya berawal dari anggota keluarga termuda yang mengunjungi saudara-saudaranya yang lebih tua dan orang yang dituakan di kampungnya. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempererat silaturahmi serta mengetahui kabar keluarga satu sama lain.
5. Dugderan

Dugderan adalah tradisi menyambut Ramadan yang berasal dari Semarang. Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 yang sampai sekarang masih dilakukan rutin setiap tahunnya. Dugderan biasanya dilakukan dengan adanya pesta rakyat yang meriah.
Bedanya Dugderan zaman sekarang sudah menjadi pesta rakyat yang rangkaian acaranya ada tari-tarian, karnaval, dan tabuh bedug. Di setiap Dugderan pasti Warak Ngendong yang jadi simbol acara ini diarak dan ikut dalam karnaval. Biasanya karnaval akan dimulai dari Balai Kota dan berakhir di Masji Kauman.
6. Suro'baca

Suro’baca tradisi jelang ramadan yang masih terpelihara di Makassar ini selalu dilakukan turun temurun di kalangan suku Bugis. Tradisi ini biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban atau H-7 sampai dengan satu hari menjelang bulan Ramadan. Acara makan bersama sekaligus silahturahmi ini juga biasanya diisi dengan berdoa bersama dan diakhiri dengan ziarah ke makam para leluhur.
7. Grebeg Apem

Grebeg Apem atau dikenal juga sebagai Kirab Apem adalah tradisi menyambut Ramadan yang digelar oleh pemerintah Jawa Timur. Sebanyak ribuan apem dibagikan ke msayarakat, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk meminta ampun pada Allah SWT sebelum memasuki bulan Ramadan.
8. Kirab Dandangan

Kirab Dandangan merupakan kirab (festival) yang dilakukan oleh masyarakat Kudus untuk menandai dimulainya ibadah puasa. Istilah dandangan yang diambil dari lantunan suara bedug masjid yang ditabuh ketika memasuki awal bulan Ramadan. Awalnya, tradisi ini dilakukan oleh para santri yang menunggu pengumuman puasa oleh Sunan Kudus di Masjid Menara Kudus.
Melalui tradisi ini dimanfaatkan oleh para pedagang untuk ikut berjualan di sekitar masjid, sehingga kini kirab pun dijadikan momen warga untuk berkumpul sebelum memasuki bulan puasa. Selama kirab berlangsung, desa-desa yang ada di Kudus akan menampilkan kehebatan desa mereka dengan mengarak kerajinan yang mereka buat.
9. Ziarah Kubro

Tradisi Ziarah Kubro sudah menjadi agenda tahunan bagi masyarakat Muslim Palembang yang tinggal di sepanjang Sungai Musi.Tradisi ini juga diikuti oleh komunitas arab. Diartikan sebagai ziarah kubur adalah kegiatan mengunjungi makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam atau ‘waliyullah’ secara massal. Meski dilaksanakan secara massal, tradisi ini hanya dikhususkan bagi kaum laki-laki.
Tradisi menyambut Ramadan ini biasanya diikuti oleh para peziarah yang mengenakan pakaian serba putih dan melakukan pawai menuju sejumlah titik ziarah di Palembang. Ziarah Kubro berlangsung selama 3 hari berturut-turut dan kerap kali diikuti oleh peziarah yang datang dari kota-kota lain.
10. Megengan

Megengan memiliki arti menahan. Tradisi menyambut Ramdan ini dimaknai oleh warga Jawa Timur sebagai tradisi untuk menahan hawa nafsu sebagai persiapan menjelang bulan Ramadan. Megengan umumnya ditandai dengan selametan yang diadakan di masjid dihadiri oleh warga di sekitarnya. Dalam Megengan, seorang ustadz akan memimpin doa untuk memohon keselamatan dan kekuatan dalam menjalankan ibadah puasa. Tradisi ini pun dipercaya membawa nilai-nilai kebaikan seperti membawa rezeki, menanamkan sifat ikhlas, dan memupuk kebersamaan antar sesama umat Muslim.
11. Bojong Banyu

Bajong Banyu secara harfiah berarti memercikkan air. Tradisi menyambut Ramadan ini diisi dengan warga saling melempar air atau perang air yang bermakna membersihkan diri dan menyambut Ramadan dengan suka cita. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan telah dilakukan turun menurun oleh masyarakat setempat.
12. Pawai Obor

Dari sekian banyak tradisi menyambut Ramadan yang ada di Indonesia, pawai obor adalah salah satu tradisi yang cukup familiar. Pasalnya, pawai obor adalah tradisi yang umum dilakukan masyarakat setempat bukan hanya dalam menyambut Ramadan, tetapi juga merayakan hari besar dalam Islam.
Pawai obor sendiri biasanya dilakukan dengan cara arak-arakan membawa obor yang terbuat dari bambu. Hal ini bertujuan untuk menarik antusiasme masyarakat setempat dalam menyambut bulan penuh rahmat sebulan ke depan. Pawai obor juga menjadi sarana silaturahmi antarwarga.