Mendikbud Minta Guru Jaga Kewibawaannya di Depan Siswa

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X di Nusantara I, Kompleks Parlemen MPR/DPR-DPD, Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2019). Dalam rapat kerja ini membahas Evaluasi Program Strategis Kemendikbud, Revitalisasi SMK dan juga isu-isu lainnya. | AKURAT.CO/Sopian
AKURAT.CO, Para guru diminta untuk menjaga kewibaannya dihadapan para siswa agar keteladanan seorang guru tidak hilang.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat menanggapi maraknya kasus kekerasan yang dilakukan para siswa terhadap gurunya.
"Saya mewanti-wanti kepada guru supaya menjaga kewibawaannya di depan siswa, jangan sampai dia (siswa) kehilangan tokoh panutan hanya gara-gara tidak bisa merawat, menjaga kewibawaan di depan siswa," ungkapnya di acara Rembuk Nasional Pendidikan di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
baca juga:
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan, menjaga kewibawaan merupakan segala-galanya bagi guru. Tanpa kewibawaan, tidak mungkin melakukan peranan sebagai seorang guru.
Yang terpenting, menurut Muhadjir, seorang guru harus lemah lembut dalam memperlakukan siswanya, akan tetapi tidak boleh menunjukkan keringkihan.
"Lemah lembut dan ringkih itu beda, kalau ringkih artinya dia tidak berdaya, menunjukkan ketidakberdayaan, jangan. Dia harus lembut menghadapi anak, iya. tapi harus menujukkan dia tidak ringkih," katanya.
Kendati demikian, Muhadjir menyampaikan bahwa jika ada siswa yang melakukan pelanggaran seperti kasus perundungan yang terjadi di salah satu sekolah di Gresik, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, maka siswa tersebut harus tetap diberi sanksi.
Namun, lanjut Muhadjir, sanksi yang diberikan jangan sampai merampas masa depan anak. Sebab, pendidikan harus memberikan ruang dan tempat kepada anak untuk berkembang secara optimal.
"Kalau anak itu bermasalah cari pemecahnya, apalagi anak-anak itu masih dalam drive apa yang disebut masa pede, masa pubertas, memang kelakuannya aneh-aneh," ujarnya.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu meyakini bahwa guru pasti profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, karena mereka sudah dibekali dengan ilmu psikologi pendidikan.
"Saya kira semua guru profesional, sudah dibekali ilmu tentang ilmu jiwa perkembangan dan ilmu jiwa belajar. Soal dianya aja tidak bisa memainkan itu." ungkapnya.[]